Sentuhan kristal purba membuka tabir masa lalu, suara yang familiar menyambut Senja dengan sebutan putri. Pertemuan tak terduga dengan sosok bercahaya di dalam kristal mengungkap warisan tersembunyi. Di tengah kebingungan dan keajaiban, identitas sejati Senja terkuak, namun ancaman para raksasa kegelapan masih membayangi, dan pertanyaan besar tentang peran barunya menanti jawaban.
"Selamat datang kembali, putri." Suara itu bergema di benak Senja, dan saat ia membuka matanya, ia melihat bayangan samar seorang wanita bercahaya di dalam kristal, wajahnya penuh kelembutan dan kekuatan, dan matanya... mata itu persis sama dengan mata Senja.
"Ibu...?" bisik Senja tercekat, air mata haru mengalir di pipinya. Sosok di dalam kristal memancarkan aura kasih sayang yang tak terbendung, mengingatkannya pada kehangatan pelukan ibunya.
Bayu dan Arya, yang masih bertarung sengit melawan para raksasa, terhenti sejenak melihat cahaya terang yang memancar dari kristal dan ekspresi terkejut sekaligus bahagia di wajah Senja.
"Senja, ada apa?" seru Bayu khawatir, menebaskan tongkatnya pada raksasa yang menyerangnya. SWOOSH!
"Aku... aku melihat ibuku," jawab Senja dengan suara bergetar, matanya tak lepas dari sosok di dalam kristal.
Sosok bercahaya itu tersenyum lembut. "Aku telah menunggumu, putriku. Waktumu telah tiba untuk menerima warisanmu."
"Warisan?" tanya Senja bingung.
"Kau adalah keturunan terakhir dari para penguasa bintang. Kekuatan alam semesta mengalir di dalam dirimu. Kristal ini adalah kunci untuk membangkitkannya sepenuhnya."
Tiba-tiba, kristal itu mulai berdenyut lebih kuat, dan cahaya bintang yang memancar darinya semakin terang. DUM... DUM... DUM... Senja merasakan energi yang luar biasa membanjiri tubuhnya, jauh lebih kuat dari yang pernah ia rasakan sebelumnya. Penglihatan-penglihatan tentang ras bintang menjadi lebih jelas, memperlihatkan keagungan peradaban mereka dan pertempuran dahsyat melawan kegelapan purba.
Para raksasa di sekitar mereka meraung marah, menyadari bahwa kekuatan baru ini mengancam tujuan mereka. GRAAAWR! Mereka semakin gencar menyerang Arya dan Bayu, berusaha mengalihkan perhatian Senja dari kristal. GEDEBUK! GEDEBUK!
"Senja, jangan biarkan mereka mengganggumu!" seru Arya, dengan susah payah menahan serangan dua raksasa sekaligus. KRANG! KRANG!
"Kita akan melindungimu!" tambah Bayu, melancarkan gelombang cahaya suci yang membakar kulit para raksasa. SYUUUUH!
Senja memejamkan mata, memfokuskan diri pada suara ibunya di dalam benaknya dan energi yang mengalir dari kristal. Ia merasakan koneksi yang mendalam dengan para leluhur bintang, memahami bahwa kekuatan mereka kini menjadi miliknya.
"Sentuh hatimu, putriku. Ingatlah mengapa kau berjuang."
Senja teringat pada desanya yang hancur, pada orang-orang yang menderita karena kegelapan, pada pengorbanan ibunya. Tekadnya menguat. Ia tidak akan membiarkan kegelapan menang.
Ia membuka matanya, dan cahaya bintang yang memancar dari tubuhnya kini jauh lebih terang dan lebih stabil. WUUUUUSH! Ia merasakan kendali penuh atas kekuatan itu, memahami bagaimana mengarahkannya.
Dengan gerakan anggun, Senja mengulurkan tangannya ke arah para raksasa yang menyerang teman-temannya. Gelombang energi bintang melesat dari tangannya, menghantam para raksasa dengan kekuatan yang luar biasa. BLAAAR! Para raksasa itu meraung kesakitan dan terlempar mundur, kulit mereka terbakar oleh energi kosmik. ARRRGH!
Bahkan raksasa yang paling besar pun terhuyung mundur, matanya menunjukkan ketakutan yang jelas. Kekuatan bintang yang terpancar dari Senja terlalu kuat untuk mereka hadapi.
"Sekarang, putriku, ingatlah perjanjian kuno. Ada kekuatan lain yang tertidur di kedalaman ini, sekutu yang bisa membantu kita mengalahkan kegelapan selamanya."
Suara ibunya kembali bergema di benak Senja, kali ini membawa petunjuk baru. Perjanjian kuno... sekutu yang tertidur... di kedalaman ini?
Senja menatap sekeliling ruangan, mencari petunjuk. Matanya tertuju pada sebuah pintu besar yang terukir dengan simbol-simbol bintang yang rumit di ujung ruangan. Pintu itu tampak kuno dan tertutup rapat.
Saat Senja melangkah menuju pintu itu, merasakan tarikan yang kuat dari liontin bintangnya, lantai di bawah kaki mereka kembali bergetar hebat. GRUUUUMBLE! Kristal raksasa di tengah ruangan mulai berdenyut dengan cahaya yang semakin intens, dan dari balik pintu yang terukir, terdengar raungan yang sangat dalam dan kuno, bukan raungan para raksasa, melainkan raungan makhluk yang lebih besar dan lebih kuat, seolah-olah sekutu yang tertidur itu telah terbangun, tetapi niatnya masih menjadi misteri yang menakutkan. ROOOOOAR!
Raungan itu mengguncang seluruh ruang bawah tanah, membuat debu-debu kuno berjatuhan dari langit-langit yang tinggi. DUK! DUK! DUK! Para raksasa yang sebelumnya menyerang terhenti, mata hijau mereka memandang dengan ketakutan ke arah pintu yang bergetar hebat. Induk kawanan dan anak-anaknya mencicit gelisah, merapat ke dinding-dinding gua seolah mencari perlindungan. CIIT! CIIT!
"Apa itu?" bisik Bayu ngeri, cahaya sucinya berputar-putar waspada. WUUUUH... WUUUUH...
Arya menggenggam erat pedangnya, siap untuk menghadapi ancaman baru. "Sesuatu yang sangat kuat," gumamnya, merasakan aura kuno yang terpancar dari balik pintu.
Senja merasakan resonansi yang kuat antara liontin bintangnya dan energi yang berdenyut dari balik pintu. Bisikan ibunya kembali terdengar di benaknya, kali ini lebih jelas dan lebih mendesak.
"Di balik pintu itu tertidur sekutumu yang terhebat, warisan terakhir dari ras bintang. Bangunkan dia, putriku. Dia adalah harapan kita melawan kegelapan abadi."
Dengan tekad yang bulat, Senja mendekati pintu besar itu. Ukiran-ukiran bintang di permukaannya tampak bersinar semakin terang saat ia mendekat, seolah menyambut kedatangannya. Ia mengulurkan tangannya dan menyentuh permukaan pintu yang dingin dan halus.
Seketika, penglihatan lain menyerbu benaknya. Ia melihat ras bintang di masa kejayaannya, hidup selaras dengan alam semesta, didampingi oleh makhluk-makhluk agung yang terbang di angkasa seperti naga yang terbuat dari cahaya bintang. Salah satu makhluk itu, yang terbesar dan paling bercahaya, tampak tertidur di sebuah kuil kuno.
"Dia menunggu panggilanmu, putri. Panggil dia dengan hatimu."
Senja memejamkan mata, memfokuskan seluruh energinya pada liontin bintang di dadanya. Ia membayangkan makhluk agung dalam penglihatannya, memanggilnya dengan segenap jiwa.
"Bangunlah," bisik Senja, suaranya bergetar namun penuh keyakinan. "Kami membutuhkanmu."
Cahaya dari liontinnya semakin terang, memancar ke arah pintu yang terukir. PYAAAAR! Kristal raksasa di tengah ruangan berdenyut selaras, mengirimkan gelombang energi ke seluruh ruang bawah tanah. DUM... DUM... DUM...
Pintu besar itu mulai bergetar semakin hebat, ukiran-ukiran bintang di permukaannya bersinar semakin intens. KRRRRK! Suara gemeretak yang aneh terdengar dari dalam, bercampur dengan raungan kuno yang semakin keras. ROOOOOAR!
Para raksasa di sekitar mereka mundur ketakutan, menutupi mata hijau mereka dengan cakar-cakar besar. Induk kawanan dan anak-anaknya mencicit histeris, berusaha mencari tempat bersembunyi. CIIIT! CIIIT! CIIIT!
Akhirnya, dengan suara gemuruh yang memekakkan telinga, pintu besar itu terbuka. BRAAAAK! Cahaya yang menyilaukan memancar dari dalamnya, memaksa Senja, Bayu, dan Arya untuk melindungi mata mereka. SILAUUU!
Ketika cahaya itu mereda, mereka melihat sosok yang berdiri di ambang pintu. Ia sangat besar, lebih besar dari raksasa mana pun yang pernah mereka lihat. Tubuhnya ditutupi sisik berkilauan seperti obsidian yang dihiasi dengan debu bintang. Sayapnya yang lebar terlipat di punggungnya, memancarkan cahaya redup seperti galaksi yang jauh. Matanya, sebesar kepalan tangan manusia, bersinar dengan cahaya bintang murni.
Makhluk itu mengeluarkan raungan yang dalam dan bergema, bukan raungan kemarahan, melainkan raungan yang terasa seperti salam kuno. ROOOOOAR! Ia menatap Senja dengan tatapan yang penuh kebijaksanaan dan kehangatan.
"Kau telah memanggilku, keturunan bintang," suara makhluk itu bergema di benak Senja, lebih jelas dan lebih kuat dari bisikan para leluhur. "Aku adalah penjaga terakhir dari ras bintang. Aku akan membantumu."
Namun, tepat saat harapan kembali merekah di hati mereka, bayangan gelap yang sangat besar muncul dari balik makhluk bintang itu. Mata merah membara menatap Senja dengan kebencian yang tak terperi, dan suara dingin yang menusuk jiwa bergema di seluruh ruangan. SIRRR...
"Kau tidak akan mendapatkan sekutumu, putri bintang. Dunia ini akan menjadi milik kegelapan." Sosok gelap itu mengangkat senjata yang mengerikan, terbuat dari kegelapan murni yang berdenyut dengan energi jahat, siap menghantam makhluk bintang dan mereka bertiga. SSSYIIING!
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.