BLAARR! Bola api Senja mengenai d**a makhluk itu, meninggalkan bekas hangus yang mengepulkan asap. Namun, makhluk itu hanya menggeram marah, suaranya menggelegar, seolah-olah serangan itu hanyalah gangguan kecil.
WHOSH! Pusaran angin Bayu mencoba menjerat sayap besar makhluk itu, berharap bisa mengikatnya. Namun, makhluk itu dengan mudah melepaskan diri, sayapnya yang kuat menepis angin seperti lalat kecil.
Makhluk itu menyerang balik dengan ganas, gerakannya cepat dan mematikan. CLASH! Cakar tajamnya beradu dengan tongkat sihir Senja, menciptakan percikan api yang menyilaukan dalam kegelapan. ZAP! Kilatan petir dari mata merah makhluk itu menyambar Bayu, membuatnya terhuyung-huyung, tubuhnya terasa kesemutan dan panas.
"Argh!" Bayu meringis kesakitan, memegangi lengannya yang terasa seperti terbakar.
Senja merasakan keputusasaan merayap di hatinya. Mereka tidak bisa melawannya. Kekuatan mereka terasa kecil, tidak cukup untuk menghadapi kegelapan sebesar ini.
Tiba-tiba, ingatan akan kata-kata ibunya muncul di benaknya, kata-kata tentang kekuatan yang lebih besar, kekuatan yang tersembunyi jauh di dalam dirinya, kekuatan yang diwariskan dari generasi ke generasi penjaga kabut. Ia memejamkan mata, mencoba merasakan energi itu mengalir dalam dirinya, energi yang lebih murni, lebih kuat, lebih terang.
Ia membayangkan cahaya putih yang terang benderang, cahaya yang mampu menembus dan mengusir kegelapan yang paling pekat. Ia memanggil kekuatan itu, membiarkannya mengalir melalui tubuhnya, mengisi setiap selnya dengan energi murni.
Ia membuka matanya, dan kristal di ujung tongkat sihirnya bersinar lebih terang dari sebelumnya, memancarkan cahaya putih yang begitu kuat hingga menerangi sebagian besar gua. Cahaya itu terasa hangat dan penuh harapan, seperti matahari yang terbit di tengah malam.
"Kita tidak akan menyerah!" teriak Senja, suaranya kini dipenuhi dengan tekad yang membara, semangat yang tak tergoyahkan. "Kita akan melawan kegelapan ini! Kita akan melindungi desa kita!"
Ia menyerbu makhluk itu dengan keberanian yang baru ditemukan, cahaya putih menyelimutinya seperti perisai pelindung. Ia mengarahkan tongkat sihirnya, dan sinar cahaya yang sangat kuat, sekuat bintang yang jatuh, melesat ke arah makhluk itu.
BOOM! Sinar cahaya itu menghantam d**a makhluk itu dengan keras, menciptakan ledakan cahaya yang dahsyat, mengguncang gua hingga ke dasarnya. Makhluk itu berteriak kesakitan, suaranya melengking memilukan, tubuhnya terhempas ke belakang, menabrak dinding gua dengan keras.
Bayu memanfaatkan kesempatan itu, dengan cepat memanggil pusaran angin yang lebih besar dan lebih kuat, mencoba menjerat makhluk itu sebelum ia bisa bangkit kembali.
WUUUSH! Pusaran angin yang kuat itu melilit tubuh besar makhluk itu, membatasi pergerakannya, membuatnya kesulitan untuk bergerak bebas. Angin itu menderu-deru, mencoba merobek sayap dan kulitnya.
Senja terus menyerang dengan sinar cahaya yang tak henti-hentinya, menghantam makhluk itu berkali-kali, setiap serangan semakin kuat dan penuh energi. Makhluk itu berteriak kesakitan dan kemarahan, mencoba melepaskan diri dari jeratan angin, dan menyerang balik dengan cakar dan taringnya yang mematikan, berusaha menerobos cahaya yang menyilaukan.
Pertempuran itu berlangsung sengit, suara benturan dan raungan memenuhi gua yang sempit. Senja dan Bayu berjuang mati-matian, menggunakan semua kekuatan dan keberanian mereka untuk menghadapi makhluk kegelapan yang mengerikan itu. Mereka terluka, napas mereka tersengal-sengal, tetapi semangat mereka tidak padam. Mereka tahu, ini adalah pertarungan untuk hidup mereka, untuk desa mereka, untuk segalanya yang mereka cintai.
Tiba-tiba, saat sinar cahaya Senja menghantam d**a makhluk itu lagi, ia melihat sesuatu yang aneh, sesuatu yang tersembunyi di balik kegelapan dan bulu-bulu kasar makhluk itu. Di punggungnya, samar-samar terlihat sebuah simbol yang familiar, simbol yang sama persis dengan yang ada di peta kuno ibunya, simbol yang terkait erat dengan "Gerbang Kabut".
"Bayu!" teriak Senja, suaranya serak namun penuh penekanan. "Lihat itu! Di punggungnya!"
Bayu, yang sedang berjuang keras mengendalikan pusaran angin, memfokuskan pandangannya ke arah yang ditunjuk Senja. "Itu... itu simbol yang sama dengan yang ada di peta," gumamnya, matanya melebar karena terkejut dan rasa tidak percaya.
Senja menyadari sesuatu yang mengerikan. Makhluk ini bukan hanya makhluk kegelapan biasa, bukan sekadar pelayan Rara. Ia adalah kunci, atau mungkin penjaga, dari sesuatu yang jauh lebih besar, sesuatu yang lebih kuno dan lebih jahat.
Ia mengumpulkan semua sisa kekuatannya, memanggil sinar cahaya yang paling kuat yang pernah ia keluarkan. Ia mengarahkan sinar itu tepat ke arah simbol di punggung makhluk itu, fokus pada titik lemah yang baru ia temukan.
DOR! Sinar cahaya itu menghantam simbol itu dengan keras, dan cahaya merah gelap dari dalam gua "Gerbang Cahaya" semakin terang, seolah merespons serangan itu. Makhluk itu berteriak kesakitan yang luar biasa, suaranya menggema di seluruh gua, penuh dengan penderitaan dan keputusasaan. Tubuhnya bergetar hebat, seolah-olah sedang mengalami kehancuran dari dalam.
Tiba-tiba, simbol di punggung makhluk itu bersinar dengan intensitas yang mengerikan, dan retak. KRAK! Simbol itu pecah berkeping-keping, dan makhluk itu menjerit lebih keras lagi, jeritannya adalah jeritan keputusasaan yang memilukan.
BLAARRR! Sebuah ledakan dahsyat terjadi, ledakan energi cahaya merah dan putih yang menyilaukan mata, mengguncang gua hingga ke dasarnya. Senja dan Bayu terlempar ke belakang, terhempas keras ke tanah, merasakan tubuh mereka sakit dan pegal.
Ketika mereka perlahan membuka mata, mereka melihat gua itu sebagian hancur, batu-batu berserakan di mana-mana. Dan makhluk kegelapan yang mengerikan itu... menghilang, seolah-olah lenyap ditelan oleh cahaya dan ledakan. Gerbang Cahaya tidak lagi bersinar, cahayanya padam, hanya menyisakan kegelapan yang mencekam.
Keheningan yang mencekam menyelimuti puncak gunung, hanya dipecah oleh hembusan angin dingin yang terasa menusuk tulang. Senja dan Bayu bangkit perlahan, merasakan sakit di sekujur tubuh mereka.
"Apa... apa yang terjadi?" tanya Senja, suaranya serak dan kelelahan.
Bayu menggelengkan kepalanya, matanya masih terbelalak, dipenuhi rasa tak percaya dan sedikit ketakutan yang tersisa. "Aku tidak tahu," jawabnya, suaranya berbisik. "Tapi kurasa... kita baru saja membangunkan sesuatu yang jauh lebih besar. Sesuatu yang lebih tua dari Rara, bahkan mungkin lebih tua dari kabut itu sendiri."
Mereka saling memandang, perasaan waspada dan ketidakpastian kembali menyelimuti hati mereka. Kemenangan mereka atas Rara terasa jauh, sementara ancaman yang lebih besar dan lebih mengerikan sepertinya baru saja muncul, siap untuk menelan mereka dan seluruh Lembah Ashen.
Di kejauhan, di balik Gunung Berkabut yang kini tampak lebih kelam dan penuh misteri dari sebelumnya, terdengar suara gemuruh yang lain, suara yang lebih dalam dan lebih mengancam dari sebelumnya. Suara itu seolah memanggil, memanggil sesuatu yang tersembunyi jauh di dalam kegelapan yang tak terjamah, sesuatu yang purba dan penuh kekuatan jahat. Dan di tengah keheningan yang mencekam, Senja merasakan hawa dingin merayap di tulang punggungnya, firasat buruk yang lebih kuat dari sebelumnya, firasat bahwa pertempuran mereka baru saja dimulai, dan kali ini, taruhannya bukan hanya desa mereka, tetapi mungkin seluruh dunia yang mereka kenal. Di kegelapan yang semakin pekat, bayangan baru, lebih besar dan lebih menakutkan, seolah-olah sedang mengintai, menunggu waktu yang tepat untuk bangkit dan menebar teror.
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.