Kabut itu dingin, menusuk hingga ke tulang. Senja berjalan menyusuri jalan setapak yang berkelok-kelok, meninggalkan Lembah Ashen yang semakin jauh di belakangnya. Di sekelilingnya, pepohonan raksasa berdiri kokoh, ranting-rantingnya yang berlumut menjulur seperti tangan-tangan raksasa yang hendak meraihnya. Tanah di bawah kakinya basah dan licin, aroma lumut dan tanah lembap memenuhi udara.
Ia merasa seperti berjalan di dalam mimpi buruk, di mana kabut adalah monster yang mengintai, siap menerkamnya kapan saja. Namun, ia tidak gentar. Ia memiliki tujuan, ia harus menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya.
Ia teringat kata-kata Rara, "Kabut ini menyembunyikan sesuatu, sesuatu yang sangat berbahaya." Apa yang disembunyikan kabut? Apa rahasia yang tersembunyi di balik desa Lembah Ashen?
Ia mengeluarkan buku kuno yang ditinggalkan ibunya. Halaman-halamannya yang usang dipenuhi tulisan tangan yang rumit dan gambar-gambar simbolik. Ia mencari petunjuk tentang kabut, tentang masa lalu ibunya, tentang rahasia yang tersembunyi di balik desa Lembah Ashen.
Matanya tertuju pada sebuah gambar, sebuah peta kuno yang menggambarkan desa Lembah Ashen dan sekitarnya. Di peta itu, terdapat sebuah simbol aneh, sebuah lingkaran dengan tiga garis yang memancar darinya. Di bawah simbol itu, tertulis sebuah kalimat dalam bahasa kuno: "Gerbang Kabut, tempat di mana masa lalu dan masa kini bertemu."
Senja merinding. Ia tahu, simbol itu adalah kunci untuk mengungkap rahasia kabut. Ia harus menemukan "Gerbang Kabut", tempat di mana ia bisa menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya.
Ia melanjutkan perjalanannya, mengikuti jalan setapak yang semakin sempit dan terjal. Kabut semakin tebal, menghalangi pandangannya. Ia merasa seperti berjalan di dalam labirin tanpa ujung.
Tiba-tiba, ia mendengar suara bisikan, suara yang lembut namun menusuk, seperti angin yang berdesir di antara pepohonan. "Senja... Senja..."
Ia berhenti, jantungnya berdebar kencang. Ia menoleh ke sekeliling, tetapi tidak melihat apa pun. Bisikan itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas. "Senja... pulanglah... kau tidak akan menemukan apa pun di sini..."
Senja menggenggam kalung kristal ibunya, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu, bisikan itu adalah ilusi, permainan pikiran yang diciptakan oleh kabut. Namun, ia tidak bisa mengabaikannya.
Ia melanjutkan perjalanannya, dengan hati-hati dan waspada. Ia merasa seperti diawasi, seperti ada sesuatu yang mengintainya dari balik kabut.
Malam tiba, dan Senja mendirikan kemah di bawah pohon raksasa. Ia menyalakan api unggun, mencoba menghangatkan tubuhnya yang menggigil. Ia membuka buku kuno itu lagi, mencari petunjuk tentang "Gerbang Kabut".
Matanya tertuju pada sebuah halaman, sebuah cerita kuno tentang seorang penyihir wanita yang tinggal di desa Lembah Ashen. Penyihir itu memiliki kekuatan magis yang sangat besar, tetapi ia menggunakan kekuatannya untuk kejahatan.
Penyihir itu menciptakan kabut, untuk menyembunyikan kejahatannya dan melindungi dirinya dari penduduk desa. Namun, kabut itu menjadi kutukan, mengisolasi desa dari dunia luar dan membawa kegelapan ke dalam hati penduduk desa.
Senja merinding. Ia tahu, cerita itu adalah tentang Rara, penyihir misterius yang tinggal di gua di balik air terjun. Rara adalah keturunan penyihir jahat itu, dan ia mewarisi kekuatannya.
Ia menutup buku itu, hatinya dipenuhi ketakutan dan kebingungan. Ia tahu, Rara adalah ancaman, bukan hanya bagi desanya, tetapi juga bagi dirinya sendiri. Rara memiliki kekuatan untuk mengendalikan kabut, dan ia bisa menggunakannya untuk menghancurkan segalanya.
Ia memandang api unggun, api itu menari-nari, memancarkan cahaya yang redup. Ia merasa sendirian, terisolasi, seperti pulau kecil di tengah lautan kabut. Ia tahu, ia harus melakukan sesuatu, harus menghentikan Rara sebelum ia menghancurkan desanya.
Tiba-tiba, ia mendengar suara gemerisik di balik semak-semak. Ia mengambil tongkat sihirnya, bersiap untuk menghadapi apa pun yang akan muncul.
Dari balik semak-semak, muncul sesosok makhluk, makhluk yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Makhluk itu tinggi dan kurus, dengan mata merah yang menyala dan kulit hitam yang berkilauan. Makhluk itu menatap Senja dengan tatapan lapar, dan mengeluarkan suara mendesis yang mengerikan.
Senja tahu, makhluk itu adalah penjaga kabut, pelayan Rara. Makhluk itu datang untuk membunuhnya, untuk menghentikannya menemukan "Gerbang Kabut". Dan di tengah malam yang gelap dan dingin itu, Senja harus bertarung untuk hidupnya, bertarung untuk mengungkap rahasia kabut, dan bertarung untuk menyelamatkan desanya dari kegelapan yang mengancam.
Makhluk itu melompat ke arahnya, cakar-cakarnya yang tajam mengarah ke wajahnya. Senja menghindar, berguling ke samping. Ia mengangkat tongkat sihirnya, dan kristal di ujungnya bersinar terang. Ia mengucapkan mantra, dan bola api melesat ke arah makhluk itu.
Makhluk itu mendesis, menghindari bola api dengan gerakan cepat. Ia melompat lagi, kali ini menyerang dengan kecepatan yang luar biasa. Senja hampir tidak punya waktu untuk menghindar, cakar makhluk itu menggores lengannya, meninggalkan luka yang dalam.
Senja merasakan sakit yang menyengat, tetapi ia tidak menyerah. Ia tahu, ia harus mengalahkan makhluk ini, atau ia tidak akan pernah mencapai "Gerbang Kabut". Ia mengumpulkan semua kekuatannya, memanggil energi magis yang mengalir dalam dirinya.
Ia mengucapkan mantra yang lebih kuat, dan angin kencang berputar-putar di sekelilingnya. Angin itu mengangkat debu dan dedaunan, menciptakan badai kecil yang mengamuk.
Makhluk itu terhuyung-huyung, terkena badai angin. Ia mendesis marah, mencoba menyerang Senja lagi. Namun, Senja lebih cepat. Ia mengarahkan tongkat sihirnya, dan kilatan petir menyambar makhluk itu.
Makhluk itu berteriak kesakitan, tubuhnya hangus dan berasap. Ia jatuh ke tanah, tergeletak tak bergerak. Senja terengah-engah, merasakan kelelahan yang luar biasa. Ia menatap makhluk itu, memastikan bahwa ia sudah mati.
Ia tahu, ini hanyalah awal dari pertempuran yang lebih besar. Rara tidak akan membiarkannya pergi begitu saja. Ia akan mengirim lebih banyak penjaga kabut, lebih kuat dan lebih berbahaya.
Ia memandang ke sekeliling, merasakan kegelapan dan kedinginan malam. Ia tahu, ia harus segera pergi, sebelum penjaga kabut yang lain datang. Ia memadamkan api unggun, dan melanjutkan perjalanannya.
Ia berjalan dengan hati-hati, mengikuti peta kuno yang ia temukan di buku ibunya. Ia tahu, "Gerbang Kabut" tidak jauh lagi. Ia bisa merasakan energi magis yang kuat di sekitarnya, energi yang berbeda dari energi kabut.
Ia tiba di sebuah lembah yang luas, dikelilingi oleh tebing-tebing tinggi. Di tengah lembah, terdapat sebuah lingkaran batu besar, dengan tiga garis yang memancar darinya. Senja merinding. Ia tahu, ini adalah "Gerbang Kabut".
Ia melangkah masuk ke dalam lingkaran batu, merasakan energi magis yang mengalir di sekelilingnya. Ia mengangkat kalung kristal ibunya, dan kristal itu bersinar terang.
Tiba-tiba, lingkaran batu itu bergetar, dan cahaya terang memancar dari dalamnya. Senja merasakan tarikan yang kuat, seperti ada sesuatu yang menariknya ke dalam lingkaran batu.
Ia menutup matanya, dan membiarkan dirinya ditarik ke dalam cahaya. Ia merasa seperti melayang, seperti terbang di dalam kegelapan.
Ketika ia membuka matanya, ia melihat dirinya berada di tempat yang berbeda. Ia berada di sebuah ruangan yang gelap dan dingin, dengan dinding-dinding batu yang kasar. Di tengah ruangan, terdapat sebuah cermin besar, yang memancarkan cahaya redup.
Senja melangkah mendekati cermin, dan melihat bayangannya sendiri. Namun, bayangan itu tidak sama seperti dirinya. Bayangan itu memiliki mata merah yang menyala, dan kulit hitam yang berkilauan.
Bayangan itu tersenyum padanya, senyum yang dingin dan mengerikan. "Selamat datang, Senja," kata bayangan itu dengan suara serak. "Kau telah menemukan "Gerbang Kabut". Dan sekarang, kau akan melihat kebenaran."
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.