Senja Bayu bertatapan, tatapan mereka sarat lelah fisik menusuk tulang. Namun, sensasi dingin merayap hati, meninggalkan bekas sulit dihapus. Kemenangan atas makhluk kegelapan mengerikan terasa hampa, seperti menang pertempuran kecil namun menyadari baru menyentuh ujung sesuatu jauh lebih besar, sesuatu seharusnya tetap tersembunyi kegelapan abadi.
Gua "Gerbang Cahaya" tadinya mereka harapkan jadi titik terang perjalanan, kini tampak mulut jurang menganga, menelan harapan dengan kegelapan terasa lebih pekat mengancam dari sebelumnya. Cahaya pernah memancar dalamnya kini padam, digantikan aura dingin mencekam membuat bulu kuduk berdiri.
"Kita harus pergi dari sini," bisik Bayu, suaranya parau serak, seolah tenggorokannya masih perih akibat teriakan mantra baru saja ia keluarkan. Ia memegangi lengannya masih nyeri. Matanya terus memandang gua hancur, reruntuhan batu berserakan, seolah masih bisa melihat bayangan makhluk itu berkelebat sana, menunggu kesempatan bangkit kembali.
Senja mengangguk, dingin merayap sekujur tubuhnya, bukan hanya karena udara pegunungan menusuk tulang, tapi juga firasat buruk semakin kuat tak tertahankan. Ia merasakan denyut energi aneh udara, energi terasa purba berbahaya, seperti napas sesuatu telah tertidur lelap berabad-abad kini, entah bagaimana, mulai terjaga tidurnya panjang. Energi itu terasa asing, bukan seperti energi magis biasa mereka rasakan, melainkan sesuatu lebih primal, lebih liar, jauh lebih kuat.
Mereka berdua mulai melangkah menjauhi gua, langkah berat ragu-ragu, seolah kaki dipenuhi beban tak kasat mata. Setiap suara gemerisik daun kering tertiup angin, setiap hembusan angin melewati pepohonan sekitar, membuat mereka menoleh waspada, mata liar mencari sumber suara mungkin saja ancaman baru. Puncak gunung tadinya terasa tempat perlindungan, tempat bisa beristirahat memulihkan diri, kini terasa arena baru saja dibuka pertarungan jauh lebih mengerikan, pertarungan skalanya jauh melampaui kemampuan mereka.
Saat berjalan menuruni lereng gunung terjal, Senja mulai memperhatikan detail-detail baru sekitar, detail-detail luput perhatiannya saat fokus pada pertempuran menegangkan. Batu-batu besar tersebar sekitar gua tampak lebih tua dari duga, permukaannya dipenuhi ukiran-ukiran aneh samar terlihat cahaya rembulan mulai muncul antara celah-celah awan. Ukiran-ukiran itu tampak sangat kuno, jauh lebih tua peradaban manusia mereka ketahui, menggambarkan makhluk-makhluk aneh bentuk tak pernah mereka bayangkan, serta adegan pertempuran penuh kekerasan misteri, pertempuran sama sekali tidak mereka ketahui sejarahnya.
"Bayu, lihat ini," kata Senja, suaranya pelan namun penuh nada penasaran sedikit ketakutan, sambil menunjuk batu besar permukaannya hampir seluruhnya tertutup ukiran-ukiran misterius. Ukiran-ukiran itu tampak seperti simbol-simbol rumit memiliki makna mendalam, namun sulit dipahami mata awam mereka.
Bayu mendekat, langkahnya berat, mengamati ukiran-ukiran itu seksama, matanya menyipit mencoba memahami makna baliknya. "Aku pernah melihat simbol-simbol seperti ini beberapa buku kuno k****a," gumamnya, suaranya dipenuhi nada terkejut sedikit kebingungan. "Simbol-simbol ini... mereka terkait kekuatan primordial, kekuatan jauh lebih tua sihir kita kenal, kekuatan bahkan para penyihir paling bijak pun hanya bisa menebak-nebak tentangnya."
Firasat buruk mereka semakin menguat, semakin melihat detail-detail aneh sekitar. Mereka merasa seperti telah mengusik sesuatu seharusnya tetap tersembunyi, sesuatu kekuatannya jauh melampaui pemahaman mereka, kekuatan mungkin akan membawa malapetaka bagi mereka bahkan bagi dunia mereka kenal. Perasaan telah membuka kotak Pandora semakin kuat benak mereka.
Tiba-tiba, dari kejauhan, terdengar suara aneh, suara tidak bisa mereka definisikan jelas. Suara itu seperti dengungan rendah dalam, semakin lama semakin keras, seolah sesuatu sangat besar berat sedang bergerak dalam perut gunung, mengguncang fondasinya dari dalam. Suara itu bukan seperti suara gemuruh biasa disebabkan angin atau longsor, melainkan sesuatu lebih teratur, lebih terstruktur, terasa jauh lebih mengancam.
NGUNG... NGUNG... Suara itu bergema antara tebing-tebing curam, memantul menciptakan resonansi aneh menakutkan membuat udara sekitar bergetar. Tanah bawah kaki mereka kembali bergetar, getarannya terasa lebih kuat lebih teratur dari sebelumnya, seolah gunung itu sendiri sedang bernapas dengan ritme aneh menakutkan.
"Apa itu?" tanya Senja, suaranya dipenuhi ketidakpastian rasa takut mulai merayap dalam dirinya. Ia merasa ada sesuatu sangat besar berbahaya sedang bergerak bawah mereka, sesuatu mungkin akan segera muncul ke permukaan.
Bayu menggelengkan kepalanya, matanya tertuju arah puncak gunung gelap gulita, di mana suara dengungan itu sepertinya berasal. "Aku tidak tahu," jawabnya, suaranya terdengar tegang penuh kekhawatiran mendalam. "Tapi kurasa, kita tidak sendiri sini. Ada sesuatu lebih besar makhluk baru saja kita hadapi, sesuatu sedang bangun."
Mereka berdua memutuskan segera turun gunung secepat mungkin, meninggalkan gua mengerikan itu semua misteri mengitarinya. Namun, setiap langkah terasa berat, seolah gunung itu sendiri menahan mereka, tidak ingin mereka pergi, seolah gunung itu memiliki kehendak sendiri tidak mengizinkan mereka melarikan diri dari rahasia telah mereka temukan.
Saat berjalan menuruni lereng semakin curam licin, suara dengungan itu semakin keras semakin jelas, kini bercampur suara gemuruh lebih dalam, seperti guntur bergulir dalam perut bumi, seolah gunung itu sedang mengamuk atau sedang bersiap melepaskan kekuatan luar biasa besar.
GRUUUM... GRUUUM... Suara-suara itu datang dari berbagai arah, menciptakan simfoni kekacauan menakutkan, sebuah orkestra dari kekuatan alam belum pernah mereka dengar sebelumnya. Mereka merasa seperti berada tengah badai tak terlihat, badai energinya terasa sangat berbeda dari badai alam biasa, badai terasa lebih purba lebih berbahaya.
Senja merasakan energi magis aneh udara, energi terasa dingin gelap, seperti bayangan hidup bernapas sekitar mereka. Ia merasakan kehadiran kuat, kehadiran mengawasi mereka dari kegelapan, kehadiran terasa sangat tua penuh kekuatan tak terbayangkan. Perasaan diawasi itu semakin kuat, seolah ada mata tak terlihat terus mengamati setiap gerakan mereka, menunggu saat tepat menerkam.
Tiba-tiba, tengah kegelapan hutan semakin pekat, mereka melihat cahaya aneh muncul kejauhan, cahaya berwarna merah darah, berdenyut-denyut seperti jantung sekarat, memancarkan aura mengerikan mengancam. Cahaya itu berasal arah berlawanan desa mereka, dari kedalaman hutan lebat belum pernah mereka jelajahi sebelumnya, hutan selama ini dikenal tempat berbahaya penuh misteri belum terpecahkan.
"Apa itu?" gumam Bayu, matanya terpaku cahaya misterius memancarkan energi aneh mengundang rasa penasaran sekaligus ketakutan mendalam. Cahaya itu tampak titik fokus sesuatu besar, sesuatu mungkin menjadi kunci semua misteri sedang mereka hadapi.
Senja menggelengkan kepalanya, hatinya dipenuhi rasa ingin tahu membara bercampur rasa takut tak terhindarkan. "Aku tidak tahu," jawabnya, suaranya bergetar sedikit. "Tapi kurasa, kita harus mencari tahu. Ada sesuatu menarik kita sana, sesuatu terasa penting, entah itu baik atau buruk."
Mereka berdua memutuskan mengubah arah perjalanan, meninggalkan jalur seharusnya menuju desa malah berjalan menuju sumber cahaya misterius itu. Mereka merasakan ada semacam tarikan kuat, sesuatu menarik mereka arah cahaya itu, seolah takdir telah menentukan harus pergi sana, menghadapi apa pun menanti mereka balik kegelapan hutan. Mereka merasa ada sesuatu penting harus mereka temukan sana, sesuatu mungkin akan memberikan jawaban atas semua pertanyaan muncul benak mereka, atau mungkin hanya akan membawa mereka ke dalam bahaya jauh lebih besar lebih mematikan.
Saat semakin mendekat, cahaya merah itu semakin kuat, menerangi pepohonan sekitar dengan warna mengerikan, menciptakan bayangan-bayangan panjang aneh menari-nari tanah. Mereka mulai mendengar suara bisikan samar datang arah cahaya itu, bisikan terasa seperti berasal ribuan suara berbeda, bercampur menjadi satu kesatuan aneh menakutkan, suara seolah memanggil mereka, memanggil jiwa mereka mendekat.
Suara itu terus memanggil mereka, seperti suara dari alam lain, suara terasa menggoda namun juga sangat mengancam, menarik mereka lebih dalam ke dalam kegelapan hutan semakin mencekam. Bisikan itu terasa seperti janji akan pengetahuan, namun juga seperti peringatan akan bahaya tak terbayangkan.
Mereka akhirnya tiba tempat terbuka tengah hutan lebat, tempat cahaya merah misterius itu berasal. Tengah tempat terbuka itu, berdiri batu besar aneh, batu permukaannya dipenuhi ukiran-ukiran aneh simbol-simbol belum pernah mereka lihat sebelumnya, simbol-simbol terasa sangat kuno memiliki makna sangat dalam, namun sulit dipahami akal pikiran mereka. Dan atas batu itu, melayang bola cahaya merah berdenyut-denyut, memancarkan energi kuat jahat, energi terasa seperti kekuatan kegelapan paling purba.
Tiba-tiba, dari dalam kegelapan mengelilingi tempat terbuka itu, muncul sosok-sosok bayangan, sosok-sosok lebih kecil namun jauh lebih banyak jumlahnya dibandingkan penjaga kabut pernah mereka hadapi sebelumnya. Mata mereka bersinar merah menyala dalam kegelapan, bergerak dengan gerakan cepat berbahaya, seolah mereka makhluk haus akan darah siap menyerang mangsa tanpa ragu-ragu.
"GRRRR!" Raungan serentak keluar mulut makhluk-makhluk bayangan itu, suara penuh kebencian ancaman, suara menggema seluruh tempat terbuka, menciptakan suasana semakin mencekam menakutkan. Mereka mengepung Senja Bayu, membentuk lingkaran rapat, siap menyerang dari segala arah, seolah mereka mangsa telah terperangkap dalam jebakan mematikan.
Di tengah kegelapan hutan mencekam, dikelilingi makhluk-makhluk bayangan mengerikan mata merah menyala mengawasi setiap gerakan mereka, bawah cahaya merah misterius berdenyut-denyut energi jahat, Senja Bayu menyadari dengan kepahitan tidak hanya menghadapi satu ancaman, tetapi serangkaian ancaman jauh lebih besar, ancaman tampaknya baru saja terbangun tidur panjangnya, ancaman kekuatannya jauh melampaui pemahaman mereka.
Dan tengah kepungan mematikan itu, ketika mereka bersiap menghadapi serangan tak terhindarkan, Senja merasakan sesuatu dingin keras menyentuh punggungnya, sensasi membuatnya menoleh cepat, naluri bertahan hidupnya memicu kewaspadaan luar biasa. Ia hanya bisa melihat bayangan hitam besar bergerak cepat, bayangan jauh lebih besar lebih mengerikan dari bayangan-bayangan kecil mengepung mereka, bayangan memiliki mata merah menyala lebih besar lebih mengerikan dari sebelumnya, mata tampak penuh kebencian kelaparan, bayangan seolah perwujudan kegelapan itu sendiri, siap menelan mereka hidup-hidup, mengakhiri segalanya dalam sekejap. Dan tengah kegelapan semakin pekat, ketika makhluk-makhluk bayangan itu bersiap menyerang, suara gemuruh lebih keras lebih dekat terdengar, seolah gunung itu sendiri sedang bersiap melepaskan kekuatan tak terbayangkan, kekuatan akan mengguncang segalanya, kekuatan akan mengubah segalanya, kekuatan mungkin akan menjadi akhir bagi mereka.
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.