Selarik cahaya matahari masuk menembus vitrace jendela apartemen Sophia . Matahari masih mengintip malu-malu, jam masih terlalu pagi. Sophia menarik lagi selimutnya menutupi seluruh tubuhnya. Udara dingin namun lembap membuat tidur Sophianika menjadi tidak nyenyak. Semalaman dia bergerak gelisah balik kiri, balik kanan. Tidak ada posisi nyaman yang dia dapatkan dari tidur lelapnya. Mata terpejam, tidak sinkron dengan pikiran yang melalang. Baru sebentar merasakan pikirannya berhenti melayang, tiba-tiba terdengar bunyi alarm yang sangat kencang dari handphonenya. KRIIIIIIIIIIIIINNGGG… KRIIIIIIIIIIIIINNGGG… KRIIIIIIIIIIIIINNGGG…
Sophia berusaha mengabaikan gangguan tersebut. Dia sekarang menarik selimut menutupi telinganya. Seolah-olah bunyi itu tidak akan masuk jika tertutup selimut. Namun bunyi itu datang lagi tanpa kompromi, tanpa belas kasihan. Dia menjerit dengan kencang, memekakkan telinga, dan menyakiti otak yang butuh istirahat. Alarm kembali unjuk kemampuan. KRIIIIIIIIIIINNNGGG… KRIIIIIIIIIIINNNGGG… KRIIIIIIIIIIINNNGGG…
“AAAHHH s**t! DAMN! DAMN! DAMN!” teriak Sophia kesal. Dia menendang selimutnya dan dengan kesal berdiri dan beranjak ke meja tempat dia meletakkan handphone.
“KAU MENGGANGGU TIDURKU! DASAR SIALAN!” dia memaki handphonenya. Akhirnya karena keMon dia mematikan daya ponsel tersebut, dan masuk lagi ke dalam selimutnya.
“Dasar alarm sialan. Dia benar-benar tidak memberikanku kesempatan untuk tidur. Baru saja aku memejamkan mata, sudah bunyi lagi. Huh sialan!” makinya.
Dia menutupi matanya dengan selimut, dia meringkukkan badan dan memeluk gulingnya mencoba berkonsentrasi untuk kembali terlelap. Satu domba lewat, dua lewat, tiga lewat, empat lewat… dia terus menghitungi satu demi satu setiap domba yang lewat dan melompat didepan matanya. Sekarang sudah domba ke seratus, namun matanya belum terpejam lagi. Padahal dombanya pun sudah lelah untuk berjalan dan melompat. Sophia kembali membuka selimutnya.
“Sepertinya memang aku lebih baik bangun saja,” gumamnya kepada diri sendiri. Dia duduk di samping ranjang, dan dengan tangannya dia meraih kimono yang tergeletak di bibir ranjang. Setelah mengikat tali kimono, dia berjalan ke luar kamar, menuju kulkas dan mengambil air putih dingin. Tanpa mengambil gelas, dia langsung menenggak air putih tersebut.
Kemudian dia mengambil biji kopi dan menggilingnya didalam grinder, sambil menunggu tetesan kopi mengumpul pada teko, dia beralih kemeja makan dan megambil roti. Mengolesinya dengan butter dan membelahnya jadi dua membentuk segitiga. Dia membawa kembali roti kemeja kopi. Dan duduk dikursi sambil menyesap kopi dan menggigit rotinya perlahan. Ketika sedang asyik menikmati sarapannya, terdengar bunyi bel di pintunya.
Ting tong
Ting tong
Ting tong
“Siapa sih pagi-pagi gak sabaran banget!” omelnya sambil berjalan kearah pintu. Dia mengintip dari lubang kunci, dan menemukan pelakunya, sambil menarik pelatuk kunci, dia membuka handle pintu,
“Morning babe!” ucap Monique langsung masuk tanpa dipersilahkan. Sophia mengikuti Monique dari belakang menuju ke meja bar tempatnya menikmati sarapan tadi. “Kamu sarapan sendiri lagi? Tidak ingat kepadaku?” tanyanya sinis. Sophia mengangkat bahunya. Dia mengambil cangkir baru dan menuangkan kopi untuk Monique. “Itu roti ada di meja makan. Kalau kamu mau, bikin sendiri saja. Butter dan strawberry jam ada disitu juga.”
“Aku mau latte, s**u dan krimmer ada dimana?” Tanya Monique.
“Ada dikulkas. Ambil saja,” Jawab Sophia cuek.
“Kamu kemana pagi ini?” Tanya Monique lagi
“Kekantor menyelesaikan pekerjaan. Kemana lagi? Kayak ada kehidupan lain saja,” Jawab Sophia.
“Deuh masih sendi ya? Berangkat bareng yuk?” ajak Monique. Dengan santai Sophia mengangkat bahunya.
“Oke, nanti aku jemput kalau aku sudah siap,” lanjut Monique lagi sambil mengunyah roti.
Sophia diam saja dan menghabiskan sarapannya. Setelah selesai sarapan, Monique pulang ke unit apatmennya. Mereka memang tinggal di gedung yang sama, dengan lantai dan unit yang berbeda. Setiap pagi Monique sarapan di apartmen Sophia. Atau kebalikannya. Siapa yang sedang mempunyai stok makanan saj. Mereka sudah berjanji akan tetap makan bersama, untuk menghemat pengeluaran.. dan menghindari bahan expired karena tidak bisa dihabiskan sendiri. Setelah Monique pergi, Sophia mesuk kekamar mandi dan menyikat giginya. Dia masih sangat mengantuk, dia melihat lingkaran hitam besar dibawah matanya.
“Damn! Aku seperti panda sekarang!” gerutunya. Kekesalannya terhadap Galaxy belum hilang, itu yang menyebabkan dia susah untuk tidur. Dia kembali masuk kekamranya dan mengambil handphonenya. Setelah menekan beberapa digit nomor, terdengar nada sambung dari telponnya. Namun handphonenya diluar jangkauan. Sophia semakin bertambah keMon. Dia mengetik pesan singkat kepada Galaxy, walaupun tau tidak akan dibalas, tapi setidaknya dia ingin meluapkan emosinya.
Sophia: Hei b******n! Sebenarnya kamu dimana? Kamu sama siapa? Jadi kamu ingin bermain begini ya? Baik kalau begitu. kita akan bermain seperti ini. Kau buat aku menderita, akan kubuat kau lebih menderita lagi!
Centang 1! “SIAL!” teriaknya sambil menggigit gigi karena keMon, kemudian Sophia membanting handphonenya keatas kasur. “Damn you Galaxy!” kemudian dia mengetik lagi beberapa kata untuk dikirimkan ke Galaxy.
Sophia: Kau memang b*****t! Harusnya dari awal aku tidak mengenalmu! Waktuku yang berharga terbuang sia-sia olehmu!
Tidak puas, dia menambah lagi pesannya.
Sophia: Lebih baik kita tidak usah bertemu lagi! Pergi saja kau. Nikmati kehhidupan barumu dengan b***h itu! Aku tidak sudi bertemu denganmu! b*****t!
Kemudian dia mengirimkan pesan singkat juga kepada Monique.
Sophia: Sophia, sepertinya aku harus bawa mobil sendiri. Karena ada tempat lain yang harus ku tuju.
Tidak lama terdengar bunyi notifikasi. Sophia segera membukanya, dan dia melihat ternyata dari Monique.
Monique: Okay babe! See you this afternoon.
Sophia: Yes! See you Sophia!.
Sophia mengambil handuk dan segera masuk kekamar mandi, dia mengguyur rambur dan seluruh tubuhnya, seolah-olah hal itu bisa menghilangkan emosinya. Tapi dia benar-benar merasa rileks setelah mengguyurkan air hangat keseluruh ubuhnya. Setelah selesai melakukan semua rutinitas mandinya. Dia memilih-milih baju yang ada di lemari pakaian. Dia memilih blazer putih dengan celana kulot hitam, dia mengambil aksesoris berwarna black and white. Dan mengeluarkan tas kecilnya yang berwarna putih. Kemudian dia memakai sepatu putihnya juga. Tidak lupa dia memulas make up pada wajahnya. Dia suka bermakeup natural, buatnya make up natural ibaratnya keluar rumah dengan bare face. Dia menarik mantel putihnya. Cuaca hari ini pasti dingin. Setelah siap, Sophia meraih kunci mobil dan segera berjalan ke Lift menuju basement tempatnya parkir.
Sophia menyalakan mesin mobil, terdengar gerung halus dari mesinnya. Setelah lama mendiamkan, akhirnya dia menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya keluar dari apartemen. Hatinya sedikit terhibur menatap suasana luar apartmen. Udara pagi yang bersih dengan langit biru berawan putih. Jalanan kota London pun tampak lengang pagi ini, entah karena Sophia keluarnya kepagian atau memang jalanan sedang tidak macet. Sophia Kembali melayangkan pikirannya kepada Liana dan Leona, kedua sahabatnya yang sedang mempunyai masalah besar. Dimanakah kamu Leona? Pikir Sophia sedih.
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.