Bab 1. Kelulusan Mily

cinta di kehidupanku 730 words 2022-01-23 11:11:43

.

Detik – detik pengumuman kelulusan telah tiba. Kondisi tubuh Mily menjadi agak panas dan gelisah ketika menunggu pengumuman kelulusan itu di rumah. Terdengar suara motor ayahnya yang baru pulang ambil surat pengumuman di sekolah Mily. Akhirnya selembar kertas pun telah sampai di tangan ayahnya dan kemudian diberikan kepada Mily.

“Lulus apa tidak, Yah?” tanya Mily dengan sedikit lemas.

“Tidak” jawab ayah sambil tersenyum. Tapi Mily tidak percaya dengan jawaban dari ayahnya. Mily tau ayahnya pasti bercanda, kemudian Mily membuka amplop yang berisi selembar kertas lalu membaca kertas itu dan di kertas itu Mily dinyatakan LULUS.

“Alhamdulillah. Aku lulus.” Kata Mily.

“Terima kasih, Ayah” Ucap Mily sambil mencium punggung tangan ayahnya.

“Iya” jawab ayah sambil mengusap kepala Mily.

Sore harinya setelah pengumuman kelulusan Maria teman dekat SMP Mily datang ke rumah dan menanyakan kebenaran rumor yang telah beredar.

“Assalamu’alaikum” Sapa Maria di depan pintu.

“Wa’alaikum salam, Mar” Jawab Mily.

“Dek Mily, aku kesini mau tanya, katanya kamu gak lulus, bener gak dek?” Tanya Maria dengan sedikit cemas.

“Lulus kok, Mar. Kata siapa aku gak lulus?” Jawab Mily dengan penasaran.

“Kata orang-orang, kata tetanggamu juga, aku gak percaya kalau kamu gak lulus, makanya aku kesini” Jelas Maria.

‘Tetanggaku? Tetanggaku siapa ya?’ batin Mily.

“Owh, aku lulus kok, ini surat pengumumannya” Jawab Mily sambil menyerahkan amplop berisi surat pengumuman kelulusan.

“Alhamdulillah kalau kamu lulus, lega aku dek, kok kata orang-orang kamu gak lulus ya?” Jawab Maria yang masih penasaran.

“Ya aku gak tahu, Mar. aku jua baru tau kalau ada rumor seperti itu dan yang penting di surat ini jelas tertulis LULUS.” Jawab Mily dengan santai tapi juga penasaran siapa dalang pembuat rumor itu.

“ya sudah alhamdulillah kalau lulus, aku pulang ya sudah sore” jawab Maria dengan lega sambil menyerahkan amplop berisi surat kelulusan tadi.

“Iya hati-hati Mar,” kata Mily

“Iya, assalamu’alaikum” pamit Maria.

“Wa’alaikumsalam.” jawab Mily.

Pada hari Senin, Mily dan Maria ke sekolah untuk mengambil ijazah. Mily melihat dan membaca di papan pengumuman depan ruang guru, disitu tercantum nama siswa-siswi yang lulus dan tidak lulus. Mily melihat barisan nama dari atas hingga bawah, dari kelas A sampai dengan kelas F. Pada akhirnya Mily fokus melihat sebuah nama yang merupakan tetangga dari Mily, Yati dinyatakan TIDAK LULUS di papan pengumuman itu. “Apakah mungkin Yati yang membuat rumor tidak benar itu? Tapi kenapa ya? Eh, kenapa waktu itu aku tanya Yati soal kelulusannya, dia jawab ‘lulus’ ya? Hmm ya sudahlah biarkan saja, yang penting Maria sudah tahu kebenarannya.” Gumam Mily dalam hati, karena memang saat pengumuman kelulusan Mily memilih tidak datang ke sekolah, berbeda dengan teman-temannya yang datang ke sekolah.

***flashback yati***

Setelah Mily menerima dan membaca surat pengumuman kelulusan itu, Mily melihat Yati pulang dari sekolah dengan berjalan kaki, dan Mily langsung menyapa Yati.

“Yati, bagaimana pengumumannya? Kamu lulus apa tidak?” tanya Mily.

“Lulus, dek. Kamu tadi kenapa gak datang ke sekolah?” jawab Yati.

“tidak apa-apa, aku gak enak badan.” Jawab Mily karena memang saat itu badan Mily terasa agak panas dan sedikit lemas.

“owh, tadi dicari Maria dan teman-teman yang lain.” Kata Yati.

“owh, teman-teman yang datang ke sekolah tadi banyak kah?” tanya Mily.

“iya, banyak yang datang ke sekolah. Ya sudah dek, aku pulang ya,” kata Yati.

“iya” jawab Mily dan kemudian Yati berjalan lagi menuju rumah yang berjarak 3 rumah dari rumah Mily.

Mily kembali masuk rumah dan melanjutkan kegiatannya untuk makan siang dan sholat dzuhur.

***flashback end***

Setelah kelulusan Mily masih belum menentukan melanjutkan ke sekolah mana, antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Sekolah Menengah Atas (SMA). Mily sebenarnya ingin melanjutkan ke SMK dengan alasan setelah lulus sekolah bisa langsung kerja sesuai dengan jurusan yang diambil, namun Ayah Mily lebih menekankan ke SMA agar bisa melanjutkan hingga sarjana. Berdasarkan pemikiran Ayah Mily, kalau sekolah di SMK tidak bisa melanjutkan untuk kuliah, padahal sekolah di SMK masih bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana. Akhirnya Mily hanya diam dan mengikuti arahan ayahnya.

Mily memang anak yang selalu nurut sama orang tua, tidak pernah membantah apa yang dikatakan orang tuanya, dan tidak pernah menuntut ataupun meminta sesuatu kepada orang tuanya kecuali untuk hal yang benar-benar penting maupun mendesak.

Previous Next
You can use your left and right arrow keys to move to last or next episode.
Leave a comment Comment

Waiting for the first comment……

Please to leave a comment.

Leave a comment
0/300
  • Add
  • Table of contents
  • Display options
  • Previous
  • Next

Navigate with selected cookies

Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.

If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.