[Heyyy! Gadis kampung! Ini peringatan saya yang ke sekian! Kamu pake guna-guna apa, hah?! Cepetan hilangkan ilmu hitam yang kamu kirimkan pada Ashraf! Kamu tidak pantas menjadi menantu di keluarga Adireja!] Aku menghela napas panjang. Sehari setelah aku menerima lamaran Tuan Muda Ashraf, aku selalu mendapatkan terror dari nomor yang tidak dikenal. Pikiranku yang sedang kacau oleh hal itu, bertambah runyam oleh omelan yang keluar dari mulut cabenya Teh Selvi. “Kalau semua ayam yang kamu goreng gosong? Kamu pergi lagi ke pasar beli ayam lagi pake duit kamu sendiri, punya gak?” cibirnya. Dia tak pernah bosan menghinaku karena kastaku yang dianggapnya rendahan. Aku lupa ada sepasang netra yang menatapku sambil berlinang. “Ibu kenapa?” Aku menoleh ke arahnya setelah Teh Selvi berlalu. “Maafin Ibu sama ayah kamu, Ta! Kalau saja kami punya uang dan menyekolahkan kamu tinggi, mungkin kakak-kakak sepupumu tidak akan merendahkanmu seperti ini?” isaknya. Wa’ Imah hanya sesekali melirik kearahku dan Ibu. “Bu, sudahlah! Sinta tidak apa-apa! Tuhan tidak akan salah memilih orang yang akan Dia tinggikan, Allah tidak hanya melihat dari pendidikannya. Meskipun seluruh dunia merendahkan orang itu, jika Allah meninggikannya semua bisa apa? Ibu hanya perlu mendoakanku agar tetap menjadi orang yang penuh syukur dan berada di jalan-Nya. Ibu mau kan jika Allah memilihku dan meninggikan derajat kita suatu hari nanti?”
Ceria membantu memasak, membereskan rumah dan apapun yang dia bisa kerjakan hingga dia terlupa jika akan pulang dulu. Akhirnya dia memesan ojek online pada pukul setengah enam sore. Tak berapa lama, ojek itu berhenti didepan rumahnya, namun Ceria mendapati sepeda motor suaminya terparkir didepan rumah. Dia melangkah mendekati pintu, namun ada sepasang sepatu dengan hill tinggi tergeletak disana. DEG Perasaan tidak enak sudah menyeruak kedalam dadanya. Perlahan dia memutar gagang pintu yang tidak terkunci. Terlihat suaminya yang duduk berdempetan di sofa dengan seorang wanita muda, mereka memang masih mengenakan seragam kerja, namun apa itu duduk mereka nyaris tanpa cela dengan memegang selembar kertas yang sama. Terlihat begitu dekat, dan intim obrolan mereka. “Ri, k-kamu pulang?” Bagja terlihat kaget dan langsung menjauhkan badannya yang menempel dengan wanita itu. “Iya Mas." Ceria masih berdiri menatap wanita yang hanya melongo menatapnya. “Sisy, ini kenalkan istri saya, Ceria,” ucap Bagja. “Ri, ini Sisy bagian admin yang support kerjaan aku di kantor,” ucap Bagja lagi sambil menghampiri Ceria. Tangannya meraih lengan Ceria namun wanita itu menepisnya. “Permisi, aku gak lama kok, Mas! lanjutin aja. Aku Cuma mau ambil baju ganti Iren, sejak siang dia main terus sama Maura soalnya.” Ceria pergi meninggalkan mereka. Dia langsung ke kamar dan menjatuhkan diri pada dipan. Dadanya terasa sesak tapi tidak tahu apa yang harus dia perbuat. Pantas saja suaminya betah di kantor, setiap hari ditemani dengan gadis muda, cantik, seksi sementara dirinya sendiri bahkan malu ketika menatap pantulan dirinya di cermin. Tapi airmata itu tak bisa tertahan. Ceria menangis dengan menangkup wajahnya dengan bantal. Pikirannya langsung melayang jauh, seperti apa kedekatan mereka selama ini. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa, Bagja selalu mengatasnamakan pekerjaan dan mencari nafkah untuk keluarga. Hatinya sakit, benar-benar merasa teriris.
Sukma hanyalah gadis sebatang kara yang menumpang hidup di keluarga Ambu dan Abah. Sukma terpaksa harus mengubur harapan indah hidup bersama Ahsan---lelaki yang dicintainya. Ambu meminta Sukma menggantikan Prisilia untuk menikahi anak sahabat lama Abah yang cacat dan sudah duda. Sukma berusaha sekuatnya percaya pada takdir dan jodoh. Demi membalas hutang budi itu, akhirnya dia melepas Ahsan dari hatinya. Namun tanpa disangka, ternyata sosok calon suaminya yang bernama Raga pada akhirnya membuatnya menjadi wanita paling bahagia karena dicintai, diistimewakan dan dihargai. Akankah cinta sejati Sukma dan Raga akan abadi? Atau luluh lantah karena hadirnya orang ketiga?
“Safira di mana kamu?” Aku mengacak rambutku kesal. Kusimpan tas kerjaku sembarang. Kuperiksa kamar lainnya tapi istriku tidak ada. Aku tepekur duduk di ruang tengah sambil memijat pelipis. Teringat perubahan sikap Safira beberapa hari ini. Dia tidak pernah lagi membantah ketika kuperintah. Tidak lagi komplen ketika aku pulang malam bahkan tidak pulang. Tidak lagi dia melarang-larangku ketika aku menghabiskan sabtu mingguku bersama teman-teman. Namun tidak kukira dia akan menghilang seperti sekarang. Kucari kunci cadangan tapi tidak tahu di mana dia menyimpannya. Selama ini aku tidak pernah tahu menahu urusan rumah. Semuanya selalu sudah beres. Aku berlari kembali ke kamar atas. Pikiranku carut marut tak karuan. Di mana istriku sekarang?
“Ya ampuun, Ayu … tujuh tahun berlalu, penampilan kamu masih kayak gini saja! Masih saja norak tahu gak sih?” pekik Dewi ketika aku baru saja duduk di meja yang sedikit ujung. Dia memindai penampilanku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Mendadak perasaanku menjadi tak nyaman. Aku sadar, penampilanku memang tak semewah mereka. Hanya mengenakan kerudung segi empat warna krem yang dipadu padankan dengan tunik bermotif kotak dan celana pensil warna hitam. Alas kakiku hanya menggunakan sandal seharga enam puluh ribuan. “Hush, Dew! Kamu kayak yang gak inget saja siapa, Ayu! Sudah, ih! Kasihan dia!” Mirna---ceesnya Dewi kudengar menimpali. Mirna baru saja menghampiri Dewi bareng Salsa. Silakan bicara sepuasanya sekarang, akan ada saatnya kalian terkejut karena tak menyangka. Dewi yang kalian anggap aktris hebat, hanyalah pemeran figuran dari novelku yang diangkat ke layar lebar.
“Nay! rempeyek kacang apaan kayak gini? Aku ‘kan bilang mau pakai kacang tanah, bukan kacang hijau!” pekik Natasya. Dia membanting bungkusan rempeyek yang sudah Rinai siapkan untuknya. Natasya berniat membawanya ke rumah calon mertuanya dan mengatakan jika itu adalah rempeyek buatannya. “Maaf, Sya! Bahan-bahannya habis kemarin. Aku uangnya kurang, Sya! Uang yang kamu kasih, sudah aku pakai buat berobat ibu. Ibu lagi sakit,” getar suara Rinai sambil membungkuk hendak memungut plastik yang dilempar kakak tirinya itu. Namun kaki Natasya membuat pergerakannya terhenti. Dia menginjak-injak plastik rempeyek itu hingga hancur. Rinai senja hanyalah seorang gadis penjual rempeyek yang mengais rejeki dari berjualan kopi dan kudapan ringan itu di pinggir jalan. Nasib kurang beruntungnya tak berhenti sampai disitu, dirinya seringkali dihina dan direndahkan oleh Tasya dan Tisya yang merupakan saudara tirinya. Status Harum---ibunya Rinai yang pernah menjadi istri kedua, selalu menjadi bahan olok-olok kedua gadis itu. Perjalanan akhirnya mempertemukan Rinai dengan seorang Sultan Prawira Ekadharma yang saat itu sedang menyelidiki kecurangan yang dilakukan oleh bawahannya. Wira jatuh hati pada Rinai, dari sana juga perbuatan Rendi---kekasih Tasya yang menggelapkan uang perusahaan akhirnya terbongkar. Perjuangan cinta Rinai dan Wira yang terhalang kasta, tak mudah. Apalagi Rinai yang selalu menganggap dirinya rendah. Jalanan berliku akhirnya dilewati keduanya hingga perlahan rahasia demi rahasia tersingkap, termasuk siapa ayah Rinai yang sebenarnya dan bagaimana masa lalu ibunda Rinai yang melarikan diri ketika tengah berbadan dua. Lalu mampukah keduanya meraih mahligai kebahagiaan dalam ikatan pernikahan?
Aku mendorong daun pintu yang berusaha ditahannya. Seketika sebuah pemandangan yang menyakitkan tersaji di depan mata. Putri---adik kandungku berada di dalam kamar yang sama dengan Mas Imam---lelaki yang beberapa minggu lagi akan menjadi suamiku. Aku tak akan mengemis cinta dari seorang pengkhianat. Bukankah perempuan baik itu untuk lelaki yang baik? Maka ambil saja lelaki pengkhianat itu untukmu, Dik. Pengkhianat memang cocok dengan pelakor.
“Aku tidak mengirim istriku untuk menjadi pembantu di sini, Ma. Kenapa dia sibuk mengambil piring dan gelas kotor, sementara kalian enak-enakan makan?” Alka melempar protes ketika sang istri yang dicintainya diperlakukan semena-mena. Menjadi orang tidak berpendidikan tinggi dan tidak berpunya membuat Madina dibeda-bedakan di keluarga suaminya. Terlebih Alka---sang suami, memiliki pendidikan paling rendah juga dibanding ketiga kakaknya. Tuti---ibu mertua Madina terasa sangat pilih kasih. Sering kali dia memperlakukan Madina seperti pembantu dan bukan menantu. Semua hinaan, kepedihan dan rongrongan dari keluarga sang suami membuat rumah tangganya kerap kali diterpa badai. Terlebih Tuti---sang ibu berharap memiliki besan dengan seorang yang terpandang. Dia mencoba memasukkan Ratna dalam kehidupan rumah tangga Alka dan Madina sehingga akhirnya persekongkolan itu membuat sebuah kesalah sehingga kesalahpahaman besar terjadi antara Madina dan Alka dan membuat mereka terpisah. Akankah keduanya kembali dipertemukan dan bisa menjalani hidup penuh kebahagiaan? Akankah kesalahpahaman itu bisa diluruskan? Ataukah semuanya berakhir, Madina dan Alka berjalan masing-masing dengan pilihan hidupnya?
Bu Vamela tiba-tiba memutuskan pertunangan anaknya, Bara dengan Jingga. Alasannya sepele, hanya karena Jingga cuma seorang guru SD. Menurut Vamela, Jingga tak cocok bersanding dengan putranya---Bara. Padahal Jingga rela menunggu Bara menyelesaikan kuliahnya hingga S2. Namun, setelah itu hanya kepahitan yang ia terima. Mampukah Jingga melangkah tegap setelah terjatuh dalam kehancuran cintanya? Akankah dia melabuhkan hati pada seorang duda beranak satu yang begitu dingin dan kaku. Banyu namanya. Dia cuek dan terkesan tak tertarik dengan Jingga. Namun, Bu Fera---Ibu kandung Banyu memaksa mereka untuk dekat dengan alasan ada Aluna---gadis berusia enam tahun yang membutuhkan sosok Ibu seperti Jingga. Akankah pada akhirnya cinta menyatukan mereka?
“Duh, aduh, aduh! Pasangan tukang ngimpi emang! Ngarepin bisa beli rumah besar tapi nggak mau kerja!” tanpa kukira Mbak Miranda sudah berdiri lagi di ambang pintu kamar kami. Tidak sopan memang. “Mbak, jangan hinakan mimpi kami! Lagian kamu ngapain balik ke sini lagi? Bukannya isi tudung saji sudah bersih?” pekikku. “Aku lupa, belum masak nasi! Jadi mau ambil sekalian! Masa kamu saja yang nikmati nasi dari hasil kerja keras Bapak! Enak banget numpang teruuuus!” ucapnya sambil mencebik. Lalu berjalan meninggalkanku dan Mas Yasa yang saling bertukar pandang. “Sabar ya, Dek! Maafkan pekerjaan Mas yang tidak keren seperti suaminya Mbak Miranda yang kantoran! Padahal ‘kan pendapatan Mas sekarang saja sudah mulai lebih besar dari pada gaji UMR yang ada! Makanya kamu udah nggak usah jualan sayur lagi! Mending di sini bantuin Mas bikin konten biar lebih menarik lagi,” ujarnya. “Nggak apa, Mas! Biar nanti ketika kita sukses bisa memberikan kejutan yang indah untuk mereka! Biar mereka menganga melihat tukang ngendon dan tukang sayur tapi isi rekeningnya lebih besar dari pada suaminya Mbak Miranda yang pekerja kantoran!” ucapku sambil mencoba tersenyum.
"Kalau gak mau ngasih, gak usah judes kayak gitu juga dong, Mbak. Saya bukan orang miskin, ya, yang gak sanggup bayar. Duit segitu doang gak seujung kuku gaji suami saya," ucapnya sambil mencebik. Aku menarik nafas agar tidak terpancing emosi. Ujian kestabilan emosi ini sudah dimulai sejak enam bulan lalu. Ketika keluarga Bu Minah resmi membeli rumah yang berada tepat di seberang rumahku.
Astri baru saja membeli rumah di sebuah cluster. Hal itu dilakukan karena sang suami sedang menyelidiki kasus penggelapan uang perusahaan di salah satu cabang PT AIU---perusahaan miliknya. Namun ternyata lokasi yang dipilih itu salah, dia dihadapkan dengan para tetangga yang julid, usil dan gak mau terkalahkan. Berkali-kali beberapa tetangga menghina dan menyepelekannya karena melihat rumahnya tidak ada perabotan. Terlebih melihat mobil yang dipakai oleh Alfred merupakan mobil biasa. Selian itu, Alfred tidak pernah terlihat berangkat kerja dan menggunakan pakaian kantoran. Karenanya mereka berpikir jika Alfred hanyalah bule yang nyasar dan memiliki pekerjaan serabutan. Sesa merupakan salah satu tetangga samping rumah Astri yang memiliki suami bekerja di PT AIU. Berkali-kali dia dengan pongahnya menghina Astri dan mengatakan jika suaminya itu hanyalah bule Kere. Begitupun dengan Tiwi---tetangga depan rumah Astri yang merasa paling tinggi derajatnya karena memiliki kekasih orang luar negeri juga yaitu Mr. Aaron. Dia sombong karena Mr. Aaron inilah yang memimpin PT AIU. Mereka tidak tahu jika Mr. Aaron ialah adiknya Alfred yang dipercaya untuk mengelola perusahaan cabang ini dan sudah memiliki istri. Selama proses penyelidikan itu, mau tidak mau, Astri harus bertahan di rumah itu. Sedikit kesulitan karena ternyata dia bertetangga dengan salah satu sasaran yang dicurigai yaitu suaminya Sesa. Akhirnya Astri mendapatkan ide brilian dengan meminta adiknya yang baru lulus kuliah datang dari Bandung dan menjadi mata-mata di perusahaan itu. Fakta demi fakta terungkap ketika sebuah project ditanganinya bersama Ramdan---suami dari Sesa. Selama ini ternyata ada permainan harga yang membuat perusahaan semakin merugi. Ada konspirasi besar yang akhirnya bisa dipecahkan dengan kehadiran Hesti. Lalu seperti apakah nasib mereka yang terlibat dalam konspirasi itu? Seperti apa nasib Tiwi, Sesa dan yang lainnya ketika semua fakta itu terkuak?
Apakah kebencian Marni pada Tari sang menantu akan luluh oleh keteguhan cinta Andra? Mampukah Andra membuktikan jika kekuatan cinta mereka akan mampu mengalahkan aral rintang yang membentang? Kebencian Ibu kandung Andra pada Tari---sang istri ternyata bukan tanpa alasan. Ada cerita masa lalu yang Andra tidak ketahui telah terjadi antara sang istri dan kakaknya di sebuah club malam. Mampukah Andra dan Tari memecahkan semua fitnah, kebencian, dan tekanan yang menimpa rumah tangga mereka?
“Mbak, maaf … mulai hari ini aku tidak bisa bantuin Mbak nyuci lagi,” ucapku pada Mbak Winda yang menyimpan setumpuk cucian pada bak cuciku. “Jangan kebanyakan gaya kamu, Mia! Ingat kamu itu masih numpang di rumah Ibu … suami kamu juga belum dapat pekerjaan. Lulusan SMA itu sekarang susah kalau mau masuk ke pabrik lagi, apalagi umur suami kamu sudah tua!” Mia yang masih menumpang di rumah Ibu Mertua dan juga seatap dengan Winda---kakak iparnya, perlahan memberontak. Mia menginginkan kehidupan yang damai dan tenteram dan tak selalu dihinda dan direndahkan oleh Winda. Mentang-mentang Winda dan suaminya sama-sama bekerja, maka seenak hatinya memperbudak Mia dan menjadikannya kacung di rumah Ibunya. Mia pun menjadi agen propert syariah online perlahan memberikan Mia kepercayaan diri untuk bangkit dan menata kehidupannya sendiri. Namun Winda meradang karena Mia menolak mengerjakan semua pekerjaan rumah yang biasanya dia bebankan pada Mia. Mia dan Hafid diusir dari rumah, sedangkan mereka belum memiliki tempat tinggal. Mia yang tangguh dan tak mudah patah, akhirnya mendapati kejayaan.closingan property bertubi-tubi dia dapatkan sehingga bisa membuka usaha sendiri dan memiliki rumah. Membuktikan pada Winda---kakak iparnya jika dia bukan benalu seperti yang selama ini dituduhkan. Dia pun membungkam semua keinginan Winda yang ingin menjodohkan Hafid dengan perempuan yang haus belaian. Kehidupan Winda sepeninggal Mia, semakin menjadi. Dia lupa diri karena lena dengan gaya hidup tinggi dan gemar mencari kesenangan. Akhirnya dia pun terjatuh dalam lubang kemaksiatan. Dia dipecat dari pekerjaan dan diceraikan oleh suaminya karena selingkuh. Winda menghilang dan dijual ke luar pulau setelah membuang bayi tak berdosa hasil hubungan gelapnya dengan Akim. Winda bertahun-tahun menikmati kehidupan sisi gelap. Dia menjadi wanita malam dan bersahabat dengan obat-obatan terlarang. Namun sebuah razia besar yang menyeretnya ke panti rehab dan mengalami penderitaan sakau membuat semua kehidupan menyenangkannya berakhir. Namun dari sanalah dia perlahan mendapatkan cahaya dan akhirnya bisa kembali ke tanah kelahiran. Winda berjualan nasi uduk di depan sekolahan agar bisa menatap kedua anaknya, sesak sedih dan penuh sesal.
“Ingat, kamu jangan pernah bocorin ke karyawan lain kalau kita ini adik-kakak. Mau ditaruh di mana muka mbak ini? Seorang Vania yang terkenal bintang kantor, rupanya punya adik yang hanya jadi seorang cleaning service. Bisa jatuh harga diri mbak. Kalau bukan karena rengekan Ayah. Ogah banget masukin kamu kerja bareng di kantor, Mbak.” Seperti itulah hubungan Vania dan Kasih. Dia selalu memandang rendah adik perempuan yang hanya lulus sekolah SMA itu karena tak sepandai dirinya. Begitupun ketika berurusan dengan jodoh, Kasih yang semenjak kerja jadi cleaning service tersebut pada akhirnya dilamar oleh tukang ojek yang biasa menjadi langganannya. Evan---lelaki pilihan Kasih, pada akhirnya terpaksa diterima lamarannya karena mengingat Kasih pun yang bekerja hanya sebagai cleaning service. Ayah dan Ibu Kasih pun maklum jika putri kedua mereka hanya mendapatkan tukang ojek, toh pekerjaannya pun hanya cleaning service. Namun, siapa sangka ketika seserahan, Evan memberikan sebuah rumah yang sudah dibelinya cash, lengkap dengan sertifikatnya. Ayah dan Ibu Kasih terkejut dan shock melihat sertifikat rumah tersebut yang berlokasi di sebuah perumahan elit yang semua orang pun tahu, perumahan di sana rata-rata hanya kalangan atas yang mampu membelinya. Lalu siapakah sebetulnya Evan yang tiap hari mengantar jemput putrinya dengan jaket ojol tersebut?
Awalnya Ines hanya mampu mengiyakan semua perintah mereka. Dinikahi oleh seorang Arlan Bramantyo, rupanya bukan berakhirnya takdir menyedihkan yang selama ini menggelayuti hidupnya. Diboyong dari kampung kecilnya dari daerah Pantura mengikuti suami dan ibu mertua yang menjemputnya, rupanya hanya mimpi buruk. Perjodohan di antara teman lama itu, bukan hal tulus. Ibunya Arlan rupanya sudah berubah. Kehidupan Kota Jakarta dan hidup mewah rupanya membuat kesetiaan dan janji persahabatan ibu dan Retno—ibu mertuanya yang merupakan sahabat kecil hanya kamuflase saja. Kehidupannya semakin tertekan, seiring berjalannya waktu dan hal tersembunyi itu mulai terungkap. Ternyata, selain dirinya, ada sosok perempuan lain yang sudah menempati biduk hati suaminya---Arlan. Hendak marah, tetapi posisinya lemah, dirinya hanya dinikahi secara siri dan rupanya hanya ditakdirkan menjadi istri yang kedua. Ines yang patah arang akhirnya memberontak. Dia tak sudi jika hanya dijadikan sapi perah oleh keluarga Arlan. Menjadi ART gratisan dan harus memenuhi nafsu syahwat sang suami yang hanya menjadikannya teman tidur semata. Pada titik rapuh itu, sosok masa lalu yang pernah hadir dalam hidupnya muncul---Airlangga. Rupanya dia adalah bos dari Arlan di perusahaan tempatnya bekerja. Airlangga pun sama, hatinya masih terpaut dengan gadis cantik dari pantura itu. Ines melarikan diri dari rumah, berusaha menjauh sejauh-jauhnya. Namun bersamaan dengan itu, dia pun harus menjauhi Airlangga juga. Akankah Ines menemukan kebahagiaan hidupnya? Apakah Airlangga mampu menemukannya? Ketika jarak membuat cinta mereka teruji dan sosok yang dicinta sudah menjadi mantan istri dari anak buahnya, akankah Airlangga tetap mengejar dan merengkuhnya?
Aku pernah berada di titik nol. Bayangkan saja olehmu, hari pernikahan yang hanya tinggal hitungan hari harus porak-poranda ketika keperawananku direnggut paksa. Dunia yang bertabur pelangi berubah badai dengan mendung tebal. Mas Iwan---calon suamiku akhirnya menikahi kakak kandungku sendiri. Bapak meninggal karena serangan jantung dan aku depresi. Aku sudah tak perawan lagi dan hampir gila. Dua setengah tahun lamanya dari kejadian itu, tiba-tiba aku dipertemukan kembali dengan seorang Laksamana Hadi Suseno. Lelaki yang berada di villa yang sama saat kejadian naas itu. Kini memang dia sudah duda. Namun kenapa tiba-tiba dia ingin menikahiku?
“Percuma kamu Bapak sekolahkan tinggi-tinggi! Susah-susah pun maksain kamu biar masuk SMA, tapi mana nyatanya sekarang! Sudah mau satu tahun lulus sekolah tapi belum kerja juga! Belum ngasilin duit! Mending adik kamu yang sekolahnya SMP doang, sudah punya pacar anak tukang daging sapi, hidupnya terjamin!” celoteh Bapak. Orang yang Sumi paling takutkan ketika sudah bicara. Sumi menghela napas. Dia masih membelekangi Bapak dan mengiris bawang merah untuk masak. Untuk ke sekian kalinya omelan itu terasa menusuk hati Sumi. Bapak selalu mengungkit keinginannya untuk bersekolah lagi dan menyalahkan karena sampai saat ini belum menghasilkan rupiah. Hinaan, cibiran dan perlakuan Bapak membuat Sumi benar-benar terluka. Namun rupanya Tuhan mendengar setiap alunan doa yang dipanjatkan olehnya. Pertemuannya dengan Hiraka Yamada---seorang pegolf yang merupakan bos dari salah satu perusahaan automotive ternama Yamada Motor di tanah air membuka jalannya untuk meraih kejayaan meskipun awalnya tak ada cinta yang tersemai di hati Sumi untuknya. Namun tiba-tiba ada satu hal yang terasa kosong, Zaki---sahabat dekat Sumi yang dulu selalu ada ketika dia butuhkan tiba-tiba menghilang. Zaki yang humoris dan selalu membuat Sumi tertawa akhirnya memutuskan untuk pergi setelah patah hati. Baru saja dia hendak mengutarakan rasa yang terpendam untuk sosok yang dikaguminya semenjak waktu sekolah, tetapi seorang lelaki yang status sosialnya jauh di atasnya---Hiraka Yamada tengah memberikan sepasang cincin pada wanita yang dikasihinya. Sumi tak pernah tahu jika Zaki menaruh rasa padanya. Zaki pergi dengan masih memendam segenggam cinta di hatinya pergi ke negeri sakura untuk melupakan kisah cintanya yang layu sebelum mekar. Akankah kehidupan Sumi dan Hiraka Yamada benar-benar bahagia? Apakah Bapak akan berubah dan menjadi sosok yang dirindukan Sumi selama ini? Akankah Zaki kembali untuk meraih cinta tulusnya?
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.