Storm Rider, School Edition.
Share:

Storm Rider, School Edition.

READING AGE 16+

Jimmywall Romance

0 read

WARNING!! CERITA INI DAPAT MEMBUAT ANDA BERKERIPUT JIKA MEMBACA!
Series one!
catatan!
Dilarang membaca cerita ini dimalam hari karena akan menyebabkan;
1. Ribut-ribut tidak jelas!
2. Tertawa tak henti!
3. Air mata keluar!
4. Sakit perut!
5. Jungkir balik tak jelas!
6. Bagi yang sedang memakai masker kecantikan, dilarang membaca cerita ini!
Moti Akila Baqi, si gadis 16 tahun yang serba pas-pasan, wajah pas-pasan, otak pas-pasan, tubuh pas-pasan masuk ke International Social and Science School, salah satu sekolah elit yang berada di tempat tinggalnya, ia mengambil sekolah kejuruan. sekolah yang bertetangga dengan SMA International Socien School yang hanya dipisahkan oleh tembok dan gerbang saja, salah satu sekolah yayasan ternama dan termasuk elit. Punya kakak di SMA International School membuat ia merasa aman-aman saja dari gangguan, namun semua berbeda dari bayangan dan khayalannya setelah bertemu dengan salah satu anak elit yang membuatnya lari terbirit-b***t, Randra Adilan Basri, sang ketua dan Pemimpin dari Storm Rider.

"Aduh, dimana sih susunya?!" kesal Moti.
Sudah dua kali ia mengobrak-abrik isi tasnya sambil berjalan di jalanan menuju ke sekolahnya.
"Aha! Akhirnya dapat kau!" seru Moti.
Ia cepat-cepat membuka kaleng s**u bergambar beruang yang berwarna putih itu lalu di teguknya habis tiada sisa.
Teeet teeet teeet
"Uhuk uhuk!" Moti tersedak s**u kaleng yang ia minum.
"Astaga! Sudah masuk!"
Plak

"Awh...."

Ciiittt

Mobil sport merah yang dikemudikan oleh seorang remaja tampan itu tiba-tiba berhenti mendadak di depan gerbang sekolahnya.

"Siapa pelakunya!" seru lelaki itu dingin.

"Jangan ada yang bergerak atau berjalan jika ada, akan ku patahkan kaki kalian," ucapnya dingin.

"Milik siapa ini?"

Unfold

Tags: kidnapfamilybravedramatragedycomedysweethumorousfriendshipcruel
Latest Updated
62. Akhir (End)


"Tidak!"

"Ayah!"

"Bunda!"

Agil mengamuk histeris. Pemuda itu terpaksa diberi waktu pulang dan menghadiri pemakaman sang ayah dan bunda. Akademik kepolisian merasakan duka yang mendalam, para rekan dan teman-teman Mochtar menghadiri upacara pemakaman Mochtar.

"Aaaakhhh! Jangan! Jangan!" Agil berteriak-teriak agar p……

Comment

    Navigate with selected cookies

    Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.

    If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.