Di Ujung Senja Bersamamu
Pagi ini dan seperti pagi-pagi sebelumnya, Netycia melakukan apa yang biasa ibu rumah tangga lakukan menyiapkan sarapan pagi buat suami dan anaknya. Kali ini dia membuat sesuatu yang spesial, nasi goreng ijo ikan teri, kesukaan Erwin. Dia belum pernah membuatnya tapi Erwin suka makan di Cafetaria depan perumahan rumah maka wanita anggun itu mencoba membuatnya khusus buat suaminya dengan harapan Sang suami suka.
Nety hobi memasak maka setiap hari selalu saja ada menu baru, kadang dia mencari menu-menu baru di medsos atau dia berkreasi dengan bahan yang ada di kulkas dan masakannya selalu membuat suaminya mengangguk- anggukan kepala, yang bagi Nety itu tanda kepuasan sebab pujian dari suami sangat langka. Suaminya beralasan bila sering memuji istri akan membuat istrinya besar kepala. Akh..begitukah? Nety tersenyum kecut, dulu dia sangat berharap pujian suaminya, sekarang ? Yah sudahlah malas berharap. Yang penting bagi Nety talenta memasaknya tersalurkan lewat sajian di meja makan dengan segala garnish dan platingnya.
Oya, gadis kecilnya, si bungsu yang sebentar lagi genap 10 tahun selalu membuat hati Nety bersuka ria karena anak itu pintar mengambil hati. Monica suka dengan masakan Nety terutama bentuk garnish-nya. Sebagai ucapan terima kasih dia akan memeluk Sang mama dengan penuh cinta.
Dan barangkali Erwin kali ini akan memeluk dirinya dengan penuh cinta juga. Nety memejamkan mata dan membayangkan seperti apakah rasanya ketika sedang memasak dan dipeluk suami dari belakang ? Pasti sangat romantis.
Ck, kebanyakan nonton Drakor, pikirnya tapi bukankah kebanyakan istri mengharapkan kemesraan di pagi hari? Jadi tak ada salahnya kan berpikir seperti itu? Nety menghela nafas.
Sudahlah, lupakan saja! Tidak perlu mengemis seperti itu..batin Nety.
Nety lalu membentuk timun menjadi bentuk yang lucu buat garnish nasi goreng. " Hmm..pasti Monica suka banget.., " gumamnya.
"Mama..." Suara Monica.
Nety menoleh, terlihat si bungsu masih berbalut piyama berdiri di depannya.
"Hai,.Monic, udah bangun nih."
"Heheheh..Bau masakan mama sampai di kamar nih, lagi bikin apa, Ma?" tanya gadis kecil itu antusias.
Nety menunjukan garnish buatannya, timun bentuk bebek,"Cantik ga, Nic?"
"Wah! Lucu banget.." Monica mengambil timun dari tangan Nety, mengamatinya, "Ini Monic bawa ke sekolah ya, Ma.'"
"Iya, minum air hangat dulu yah, abis tuh siap-siap gi..entr telat loh ke sekolah," Nety mengingatkan Monica karena dilihatnya jam sudah menunjukan pukul 6.15 Wib .
Perjalanan dari kompleks
perumahan Greenfield ke sekolah memakan waktu kira-kira dua puluh menit.
Monica mengiyakan, dia memeluk Nety dan berkata, "Thank you ma, garnishnya."
Nety mencubit pipi si bungsu,"Sama-sama...sweety Monic, "
Sepeninggalan Monic, Nety membuat sereal isi buah kering kesukaan Monic dan mempersiapkan juga bekal sekolahnya.
Satu lagi dia tak akan lupa menyeduh kopi racikan buat suaminya karena dia tahu sebentar lagi suaminya bangun.
Dan benar saja, Erwin Handoko keluar dari kamar, sudah rapi.
Nety menatap suaminya, tersenyum tipis. Erwin sangat ganteng, skala sembilan. Badannya atletis karena suka berolahraga.
Biarpun rambut sudah agak memutih karena sudah jelang lima puluh tahun tapi tetap terlihat awet muda.
Teman-temannya sering berkata padanya,"Kamu beruntung Net punya suami seperti Erwin, ganteng, baik hati, suami rumahan, ga suka neko-neko."
"Seharusnya aku bersyukur .." katanya dalam hati. Tapi entah mengapa semakin lama Nety bingung sendiri dengan perasaannya.
Nety menepis perasaan itu dan berusaha meyakini diri bahwa dirinya beruntung memiliki suami seperti Erwin dan Erwin layak dapat penghargaan suami idaman.
Erwin berjalan menuju meja makan . Sekilas dia melihat istrinya juga tersenyum tipis.
"Selama bertahun- tahun Nety tetap langsing. Biarpun hanya memakai baju tidur dan tanpa make up dia tetap cantik, matanya dan senyumnya selalu menggoda.." katanya dalam hati. Dia mengagumi istrinya tapi tak pernah diutarakannya.
"Mas .kopinya udah siap nih...aku bikin nasi goreng kesukaan Mas, dicoba yah."
Nety memulai obrolan.
"Iya,makasih yah.." ucapnya tersenyum.
Pria berbalut rompi jas itu menyeruput kopi sambil membaca koran. Tak lama kemudian dia mulai menyantap nasi goreng sesuap dan menggeleng kepala. Gelengan kepala itu mempunyai arti rasanya enak.
"Aduuuh !"teriak Nety tiba-tiba.
Erwin kaget hampir saja dia tersedak."Ada apa ?!" tanyanya sedikit kesal.
"Monic...koq belum siap?? Udah jam berapa ini??" Suara Nety agak meninggi .
Erwin melihat jam tangannya. Pukul 6.35 Wib
"Monic...jangan lama- lama yah, sayang.." Erwin mengingatkan Monic dengan intonasi suara lebih besar.
Dari dalam kamar terdengar suara,"Yah Pa ..bentar lagi."
"Net..kamu mustinya ga perlu teriak- teriak begitu..cukup kamu hampiri aja ke kamarnya, suaramu kencang bisa bikin hilang mood loh." tegur Erwin.
"Masa sih kencang suaranya ? Biasa aja perasaan.." Nety tak mau disalahkan.
"Ya itu kan menurut kamu..." Erwin mendengus. Nada su
Unfold
Cafe Taman Asri, cafe tempat dimana Erwin berdiam diri sejenak, menikmati kopi, kudapan, musik slow, dan taman yang hijau.
Suasana yang cocok bukan untuk membuang semua kepenatan kerja ?
Me time perlu bukan buat relaksasi ?
"Mau tambah lagi, Pak.kopinya?" tanya pramusaji berbalut seragam Cafe dengan rok di……
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Waiting for the first comment……