Dia Berry
“kau itu bodo dan egois! Kau tau ibu sudah tua, tapi kau rela meninggalkannya di perkampungan ini demi mimpi mu yang tak senonoh di kota besar itu. Mau jadi apa kau membiarkan bangkainya ini membusuk menunggu kepulangan mu?! kau pikir kau akan berhasil setelah semua ini terjadi?! jangan lagi kau menampakkan dirimu dihadapanku, dasar wanita j*****m!!!” ucap Alice dengan tegas diikuti oleh suara tangisan yang berusaha ia tahan sedari tadi.
Saat mendengar ucapan Alice melalui telepon umum, membuat hati Berry benar-benar hancur tak terarah. Tak bisa membesuk ibunya semasa sakit karna kesibukannya dalam berkuliah serta jarak yang memisahkan membuatnya selalu menunda kepulangan ke kampung halaman. Sampai suatu ketika ia mendapatkan kabar bahwa sang ibu telah terbujur kaku sejak beberapa hari yang lalu. Ia merasa bahwa itu adalah penyesalan terbesarnya semasa hidup. Terlebih lagi Alice, kakaknya menyalahkan Berry atas semua yang telah terjadi dan tak ingin lagi bertemu dengan adiknya itu, Berry. Setelah beratnya hal yang dilalui oleh Berry, akan kau ia tetap berusaha untuk meraih mimpinya itu?.
Unfold
Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa 2 hari lagi Berry akan memulai pendidikan SMA-nya itu. Ia hendak mempersiapkan segala keperluan sekolahnya itu. Namun, Berry bukanlah anak yang boros, ia mengerti keadaan keluarganya sehingga ia hanya membeli sesuatu yang benar-benar ia perlukan.
“buku udah, pena udah, emm kayanya udah semua deh.” uca……
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Waiting for the first comment……