The Arms of the Martyr
Sebagai seorang Putri dari sebuah kerajaan, sejak kecil semua orang di sekitarku selalu bilang bahwa aku harus menjadi sosok yang diidam-idamkan oleh dunia ini; cantik, anggun, lemah, selalu tersenyum dan submissive. Mereka tidak akan peduli bagaimana aku berjuang untuk mendapatkan nilai terbaik di kelas, atau aku lebih baik daripada Sang Pewaris Tahta. Aku harus menerima kenyataan bahwa aku tidak akan bisa menggantikan posisi Sang Pangeran. Aku hanyalah sebuah patung indah yang terpajang di sudut kastel. Dipoles hanya untuk dikagumi dalam keterbatasan gerakku.
Lalu pria itu datang seperti badai pasir di gurun yang sangat asing. Dia mengulurkan tangannya padaku ketika aku menyerah pada kehidupan. Pria itu menyadarkanku bahwa selama ini aku tersesat. Bahwa selama ini, aku hanya membutuhkan seseorang untuk berjuang bersamaku.
Pria itu, seorang martir. Seseorang yang percaya dengan segenap jiwa dan raganya.
Seseorang yang akan menolak semua keindahanku demi menjaga keindahannya.
Unfold
Waktu terus berlalu.
Dua tahun kemudian, di hari yang sama dengan kematian gadis yang melarikan diri dari desa, sesuatu kembali terjadi.
"Rakheem!"
Pria itu menoleh pada Sabeir yang berlarian menuju diri. Rakheem saat itu sedang membersihkan wajah dengan air di sungai kecil yang tak jernih di dekat desa mereka. Dia menun……
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Waiting for the first comment……