LANGIT YANG MENJAGA NAMAMU
Share:

LANGIT YANG MENJAGA NAMAMU

READING AGE 18+

Putri Romance

0 read

Bab 1 – PertemuanArka tidak pernah percaya pada cinta pada pandangan pertama. Baginya, cinta adalah proses: logis, perlahan, dan bisa dipetakan. Ia bukan tipe laki-laki yang terseret pada romansa mendadak atau terpikat oleh seseorang hanya karena tatapan pertama. Hidupnya teratur, hampir terlalu rapi, dan setiap langkahnya selalu direncanakan.Namun hari itu, semua teori runtuh.Arka baru keluar dari toko buku kecil di jantung kota—toko yang sudah lama ingin ia kunjungi setelah mendengar rumor bahwa pemiliknya menyimpan koleksi langka. Langit petang mulai menurun, menyisakan warna keemasan yang memantul di jendela-jendela bangunan tua. Ia memeluk buku yang baru dibeli, menikmati aroma perkotaan yang hangat.Saat melangkah ke trotoar, seseorang berlari terburu-buru dari arah berlawanan. Arka tidak sempat menepi. Yang ia rasakan hanya sebuah tubuh ringan menabrak dadanya, lalu suara napas terengah.“Maaf! Maaf banget!”Suara itu lembut tapi panik.Arka memegang lengannya agar tidak jatuh. “Tidak apa-apa. Kamu baik-baik saja?”Perempuan itu mengangkat wajah. Untuk sesaat, waktu benar-benar berhenti.Mata perempuan itu… indah dalam cara yang sulit dijelaskan. Bukan sekadar cantik—tetapi membawa semacam kedalaman yang terasa menyentuh sesuatu yang sangat pribadi. Rambutnya berantakan, napasnya cepat, dan pipinya memerah karena berlari. Tapi justru itu yang membuatnya begitu nyata dan… luar biasa.“Aku… aku ngejar bus,” katanya sambil tersipu.Arka ingin mengatakan sesuatu, tetapi pikirannya kosong. Ini bukan dirinya. Ia selalu punya kata-kata. Tetapi perempuan ini merenggut nalar dari kepalanya secepat angin merenggut daun kering.“Busnya udah pergi,” katanya sambil menatap ujung jalan.Arka spontan menghentikan mobil taksi yang lewat. “Kalau kamu butuh cepat, naik ini saja.”Perempuan itu tercengang. “Serius?”“Serius.”Ia hampir menolak, tetapi ketika pintu taksi terbuka, ia mendekat sedikit. “Terima kasih… uhm…?”“Arka.”Ia tersenyum—senyum yang terasa seperti pagi pertama setelah hujan panjang.“Maura,” katanya sebelum menaiki taksi. “Terima kasih lagi, Arka.”Taksi itu pergi, meninggalkan Arka berdiri seperti seseorang yang baru saja kehilangan sesuatu yang belum ia miliki.Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia tidak bisa menjelaskan apa yang baru saja terjadi.---Bab 2 – Nama yang Menarik KembaliHari-hari berikutnya berjalan seperti biasa: Arka bekerja, membaca, dan menjalani rutinitas teratur. Tetapi satu hal terus mengganggu pikirannya—nama itu.Maura.Ia mencoba meyakinkan diri bahwa itu hanya momen singkat. Tetapi pikirannya terus kembali ke mata itu. Senyum itu.Ia pun kembali ke toko buku tempat ia bertemu Maura, seolah berharap takdir mengulang kejadian itu.Pemilik toko menyambutnya. “Kembali lagi? Ada yang dicari?”Arka menggeleng. “Hanya lihat-lihat.”Ia berjalan perlahan di antara rak, tetapi tidak ada jejak Maura.Ketika ia hendak keluar, pemilik toko berkata, “Oh, kalau kamu cari gadis yang menabrakmu kemarin… dia memang sering lari terburu-buru. Namanya Maura.”Arka berhenti. “Anda kenal?”“Anak kos di belakang toko. Sering mampir beli alat tulis. Kalo mau ketemu, ya… kemungkinan besar lewat sini.”Arka hanya mengangguk, tetapi hatinya bergerak lebih cepat dari langkahnya saat meninggalkan toko.Hari keempat, ia melihatnya lagi.Maura berjalan pelan, menatap layar ponselnya. Kali ini ia tidak berlari, tidak terburu-buru. Arka hampir memanggilnya, tetapi ragu. Mungkin ia tidak akan ingat. Mungkin ia akan menganggapnya aneh.Namun sebelum Arka sempat memutuskan, Maura menoleh.Tatapan mereka bertemu.“Arka?” Maura tersenyum. “Kamu yang waktu itu, kan?”Jantung Arka jatuh entah ke mana.“You remember,” katanya.“Tentu ingat. Kamu nyetop taksi buat aku. Itu pahlawan banget.”Arka tertawa kecil. “Aku cuma bantu.”“Aku suka bantuan yang muncul di momen paling kacau,” jawabnya ringan. “Kamu lagi sibuk?”“Tidak.”“Bagus. Temani aku sebentar?” katanya sambil menunjuk kedai kopi kecil di sudut jalan. “Aku butuh kopi dan seseorang yang bisa dengerin aku ngeluh tentang skripsi.”Tanpa sadar, Arka mengangguk.Maura tertawa. “Yuk.”Dan sore itu menjadi awal dari sesuatu yang jauh lebih besar dari yang diperkirakan keduanya.---

Unfold

Tags: mafiadramasweet
Latest Updated
Comment

    Navigate with selected cookies

    Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.

    If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.