Tawa di Antara Sejuta Lara
Reads
Di balik diamnya seorang Sita Laura, terdapat banyak luka yang mengendap selama bertahun-tahun. Luka yang disimpannya dengan sangat rapi tanpa seorang pun tau. Di usianya yang sudah 22 tahun, ia menyimpan rapat luka selama hampir 10 tahun lamanya. Bahkan orang tua dan adiknya pun tidak menyadari hal itu.Hampir tiap malam dalam setiap doa-doanya, dia meminta satu permintaan yang sama. Yaitu tentang seseorang. Hanya dia dan Tuhan yang tau semua permasalahan hidupnya.Bahkan kepada teman terdekatnya pun, dia masih tetap tidak bisa mengatakannya.Sore itu, seperti biasa, dia bersiap pulang kantor. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Sudahkurang lebih 3 tahun dia bekerja di kantor ini sebagai seorang sekretaris. Flashback on Tiga tahun yang lalu, saat Sita lulus dari sebuah SMK negeri, dia masih bingung menentukan pilihan. Apakah melanjutkan ke perguruan tinggi ataukah langsung bekerja. Di saat sedang merenung, dia melihat sebuah lowongan pekerjaan di sebuah surat kabar. Sebuah kantor properti membutuhkan seorang sekretaris muslimah. Dengan memberanikan diri, Sita mengirimkan lamaran ke kantor tersebut. Seminggu kemudian, Sita mendapatkan panggilan wawancara ke kantor tersebut. Setelah selesai wawancara dan tes tertulis, Sita pun pulang. Dua hari kemudian, Sita dapat panggilan telepon lagi."Selamat pagi, apakah ini benar dengan Saudari Sita?" suara seorang perempuan di seberang sana terdengar."Iya benar, saya sendiri," jawab Sita."Selamat ya Mbak Sita, dari sekian pelamar yang datang ke sini, Andalah yang akhirnya diterima sebagai sekretaris. Sesuai hasil wawancara dan tes tertulis, Anda memiliki kompetensi untuk itu," panjang lebar perempuan tersebut menjelaskan kepada Sita."Oh begitu ya Bu? Alhamdulillah.Kapan saya bisa mulai bekerja Bu?"tanya Sita."Panggil saja saya Bu Dwi. Saya HRD di kantor ini. Mulai besok ya Mbak Sita.Mbak bisa datang jam 08.00 dan nanti saya arahkan job desk-nya," kata Bu Dwi."Baik Bu, Terima kasih," balas Sita."Sama-sama."Sita tersenyum. Akhirnya, dia mendapatkan pekerjaan juga setelah lelah melamar ke beberapa kantor. Sita memiliki dia sahabat perempuan. Fara dan Mira, keduanya bersahabat sejak duduk di bangku sekolah dasar. Fara termasuk anak yang hidup serba berkecukupan. Sedangkan Mira, hampir sama dengan Sita, perekonomiannya termasuk pas-pas an. Ketiganya masih rutin berkomunikasi maupun ketemuan langsung.Flashback offSetelah selesai merapikan meja kerjanya, Sita bergegas menuju musola kantor. Dia akan menunaikan dulu kewajibannya, barulah dia bisa pulang ke rumahnya dengan tenang. Setelah selesai, dia mengambil HP dan tasnya. Saat matanya tertuju pada HP, dia membaca notifikasi pesan dari sahabatnya, Fara."Kamu ada waktu pulang kantor? Kita ketemuan di kafe biasa." ajak Fara.
Updated at