Hari terus berganti tanpa terasa sudah beberapa-berapa hari telah terlewati, ayu menjalani kehidupan tanpa menghiraukan gangguan dari mbak Retno, ayu telah memblokir nomor handphone milik mbak Retno. Karena ayu enggan untuk berbicara dengan mbak Retno yang kerapkali memaksakan dirinya untuk mendapatkan uang sebesar 20juta.
Seperti biasanya ayu tetap mengerjakan tugas nya, ayu membantu chef menyiapkan semua bahan yang akan di masak. Ayu membersihkan dan juga ayu dengan lihainya memotong sayuran dan bahan olahan lainnya. Semua pekerjaan dilakukan ayu dengan senang hati. Ayu menikmati pekerjaannya yang sekarang. Kerap kali chef mengajar kan ayu membuat beberapa hidangan yang belum pernah ayu ketahui maklum saja ayu tumbuh dan besar di desa jadi hanya masakan tradisional sehari-hari yang dia ketahui. Chef mengajar kan ayu beberapa jenis masakan dari western dan juga Chinese, ayu memperhatikan semua yang telah di arahkan kepadanya.
"Mbak ayu, ada yang cariin." Ucap salah satu teman kerja ayu.
"Siapa Bram?" Jawab ayu sambil mengelap kedua tangannya yang basah dengan elap tangan.
"Kurang tahu mbak, laki-laki tua dan seorang wanita." Ucap Bram.
"Makasih ya Bram, saya akan menemui mereka." Jawab ayu sambil menerka-nerka siapa yang datang mencarinya.
Karena penuh dengan rasa penasaran ayu berjalan ke tempat yang telah Bram kasih tahu kepadanya. Tak lupa ayu meminta izin kepada chef terlebih dahulu. Untung saja kondisi di dapur sedang tidak ramai, sehingga ayu bisa mendapatkan ijin untuk menemui orang yang mencarinya. Ayu yang tidak mengetahui sama sekali siapa yang datang mencarinya hanya bisa menerka-nerka. Siapa dan ada apa orang tersebut datang mencarinya.
Ayu berjalan menuju tempat yang sudah di beritahu kepadanya oleh teman satu kerjanya. Sesampainya, ayu melihat sosok bapak dan mbak ratna sedang duduk menunggu nya sambil menikmati hidangan yang telah mereka pesan. Ayu sangat terkejut dengan kedatangan mereka. Ayu sama sekali enggak menyangka kalau mbak Ratna akan datang ketempat kerjanya bersama bapak. Jantung ayu mulai berdegup dengan kencang, rasa ketakutan mulai muncul.
"Ba..pak.." lirih ayu.
"Pak...pak... Itu ayu pak" ucap mbak Ratna. Bapak yang mendengarnya langsung mengangkat kepala nya dan menatap tajam ayu. Dapat dilihat guratan diwajah bapak yang menahan amarah akibat ucapan yang tidak-tidak dari ibu dan mbak Ratna. Ayu yang melihat wajah bapak langsung menundukkan kepalanya, ayu sama sekali tidak mengetahui ada apa dengan bapak.
"Duduk sini kamu yu." Ucap bapak tegas tanpa bisa dibantah.
Ayu melangkahkan kakinya dengan gemetar, telapak tangannya mulai bercucuran keringat. Ayu menarik salah satu kursi yang ada di depan bapak dan menurunkan bokongnya. Ayu duduk dengan menggenggam kedua telapak tangannya.
"Kamu enggak mau menyalami bapak yu?" Tanya bapak menyindir ayu.
Sontak ayu langsung mengangkat kepalanya dan langsung menyalami tangan bapak dan mbak Ratna. Ratna yang melihat ketakutan di wajah adik nya tersenyum dengan penuh kemenangan. Ratna sangatlah mengetahui kalau sang adik sangat takut dengan bapak. Maka nya Ratna meminta bapak agar mau mendesak ayu supaya ayu mau memberikan nya uang.
"Ayu, kamu tahu kedatangan bapak kemari untuk apa?" Tanya bapak langsung tanpa basa basi menanyakan kabar sang anak.
"Eng..gak pak. Ba..pak kemari untuk apa ya pak? Ibu sehat akan? Siapa yang menjaga ibu dirumah sakit?" Tanya ayu.
Bapak yang mendapatkan pertanyaan dari ayu langsung menolehkan kepalanya kearah Ratna. Ratna yang melihat sang bapak langsung mengedipkan salah satu matanya memberikan tanda kepada sang bapak. "Ibu mu masih sama seperti kemarin, ada suster yang menjaga ibu. Tujuan bapak kemari ingin menanyakan apa kamu sudah mendapatkan uang untuk membiayai pengobatan ibu mu?" Tanya bapak berbohong.
"Belum pak. Ayu belum mendapatkan uang untuk membiayai pengobatan ibu. Uang ayu hanya bisa cukup untuk membiayai kebutuhan hidup ayu sehari-hari, pak." Jawab ayu.
"Loh gimana sih yu, bukan nya kamu udah janji sama mbak kamu bakalan pinjam sama bos kamu itu. Lalu gimana dengan biaya pengobatan ibu, kalau kamu enggak bisa mendapatkan uang itu." Geram Ratna ke ayu.
"Mbak Ratna kan bisa meminjam sama teman-teman mbak. Atau enggak, mbak Ratna bisa hubungi mas buat menjual mobilnya demi biaya pengobatan ibu." Jawab ayu kesal.
"Enak saja kamu. Mana mungkin mas mau menjual mobil kesayangannya. Seharusnya kamu sebagai anak membantu ibu dong. Kamu mau menjadi anak yang durhaka. Kalau sampai ibu kenapa-kenapa baru tahu rasa kamu." Ucap Ratna dengan penuh kemarahan.
"Loh mbak anak ibu kan bukan cuma aku saja. Mbak dan mas kan juga bisa membantu ibu buat membiayai pengobatan ibu. Kenapa mbak malah seenak-enaknya saja menyuruh ayu. Sedangkan mbak enggak ada usahanya sama sekali." Jawab ayu.
"Kamu..." ucap Ratna yang sudah kehabisan kata-kata.
Braaaaak.
Sontak ayu dan Ratna terdiam. Semua pengunjung yang masih menikmati hidangan langsung menoleh kearah tempat dimana ayu dan keluarganya. Bahkan ada yang berbisik-bisik, karena tanpa Ratna dan ayu sadari nada mereka cukup tinggi sehingga terdengar oleh para pengunjung.
"Sudah cukup. Ratna kamu diam saja. Biar bapak yang berbicara dengan ayu." Tegas bapak yang mulai marah.
"Dan kamu ayu, seharusnya kamu sadar. Tanpa ibu dan bapak, kamu tidak mungkin ada di dunia ini. Ini sudah kewajiban kamu sebagai anak. Pokoknya bapak enggak mau tahu, kamu harus mendapatkan uang untuk biaya pengobatan ibu kamu. Apa pun caranya. Kalau kamu enggak mau. Jangan salahkan bapak kalau kamu bapak nikahkan dengan juragan tanah di kampung. Bapak tunggu sampai besok. Kalau kamu enggak bisa mendapatkan uang nya kamu bapak seret pulang ke kampung. " Desak bapak.
Ratna yang mendengar desakan bapak tersenyum dengan penuh bahagia. Ratna sangatlah yakin kalau ayu tidak akan pernah mau menikah dengan jurangan tanah yang terkenal mempunyai banyak istri. Ratna yakin ayu akan melakukan apa saja supaya bapak tidak memaksa nya untuk menikahi juragan tanah.
"Tapi pak..." Ucap ayu yang berusaha menolak.
"Enggak ada tapi-tapi an. Ini sudah keputusan bapak. Bapak kasih kamu waktu hingga besok. Kalau kamu masih enggak bisa mendapatkan uang itu bapak yang akan menjemput kamu dan membawa kamu kembali pulang ke kampung dan menikahi juragan tanah."ucap bapak memotong pembicaraan ayu.
"Boleh tahu berapa biaya pengobatan ibu nya ayu, pak?" Tanya Luna tiba-tiba dan duduk disebelah ayu.
"Bu Luna..." Lirih ayu saat melihat bos nya datang dan duduk disebelahnya.
Bapak dan Ratna yang tidak mengenal Luna menghenyitkan dahinya. Luna yang melihat respon dari bapak dan Ratna langsung memperkenalkan dirinya. "Perkenalkan saya Luna, saya pemilik kafe tempat ayu bekerja. Kalau boleh tahu, berapa biaya pengobatan ibu nya ayu?" Tanya Luna kembali.
"Biaya pengobatan ibu sebesar 50juta Bu Luna." Jawab Ratna tanpa basa basi.
"Kalau begitu boleh saya minta no rekeningnya mbak. Biar langsung saya transfer sekarang." Ucap Luna.
"Bu... Jangan... Biar saya saja yang mengurusnya." Tolak ayu.
Ratna yang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan langsung menyerahkan selembar kerta yang telah Ratna siapkan lengkap dengan beberapa nomor rekening miliknya dan menyerahkannya langsung kepada Luna. Luna yang menerima secarik kertas langsung mengeluarkan handphone miliknya dan mulai membuka aplikasi mobile banking miliknya dan memasukkan beberapa nomor dan sejumlah uang sesuai dengan nominal yang Ratna minta.
"Sebelum saya mentransfer uangnya saya mau meminta bapak dan mbak untuk menandatangani surat perjanjian dengan saya dulu. Saya mau setelah saya memberikan uang nya kepada kalian. Bapak dan mbak jangan lagi datang untuk menganggu ayu dan meminta uang kepada ayu lagi. Jika sampai bapak atau mbak melanggarnya, maka saya bisa menuntut bapak dan mbak kepada pihak yang berwajib. Bagaimana?" Ucap Luna sambil menyerahkan beberapa lembar kerta serta pulpen di hadapan Ratna.
Ratna langsung mengambil kerta tersebut dan membacanya, Ratna yang hanya memikirkan uang sebesar 50juta langsung menandatangani perjanjian tersebut dan menyerahkannya kepada bapak. Bapak yang menerima kerta tersebut langsung menatap Ratna. Ratna tidak memperdulikan tatapan dari sang bapak, Ratna meminta bapak untuk langsung menandatangani perjanjian tersebut.
"Bapak tanda tangani saja." Desak Ratna.
"Tapi na?" Ucap bapak
"Udah bapak tanda tangani saja. Lagi pula ini demi biaya pengobatan ibu kan pak?" Desak Ratna pura-pura didepan Luna. Jika saja Luna dan ayu mengetahui kalau uang tersebut di gunakan untuk mereka bersenang-senang. Kemungkinan besar ayu tidak akan mengijinkan Luna memberikan uang tersebut.
Bapak yang mendapatkan desakan dari Ratna hanya bisa menghembuskan nafasnya dan menandatangani surat perjanjian tersebut dengan terpaksa. Setelah bapak menandatangani, Ratna menyodorkan surat perjanjian ke hadapan Luna. Luna langsung mengambil dan menyerahkannya kepada ayu. Luna bergegas mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening milik Ratna. Dan memberikan buktinya ke nomor ayu. Ayu yang mendapatkan bukti transfernya langsung mengirim nya kembali ke nomor handphone milik mbaknya Ratna.
"Buktinya sudah saya kirim ke nomor handphone ayu. Jadi saya harap bapak dan mbak untuk tidak datang kemari dan menggangu ayu lagi. Jika bapak dan mbak masih menggangu ayu maka saya tidak akan segan-segan untuk melaporkan bapak dan mbak ke pihak berwajib." Ucap Luna.
"Iya Bu Luna. Ibu tenang saja, saya dan bapak saya tidak akan mengganggu dan datang ke sini lagi kok. Terima kasih ya Bu Luna, sudah mau menolong kami " ucap Ratna dengan senyum kebahagiaan nya.
"Baik, kalau begitu saya permisi dulu. Ayu sebaiknya kamu kembali ke dapur, ada banyak pekerjaan yang sedang menunggu kamu." Perintah Luna.
Ayu yang mendengar perkataan Luna langsung berdiri dan pamit kepada bapak dan mbak Ratna, ayu berjalan menuju dapur tempatnya bekerja. Begitupun dengan Luna yang pamit dan berjalan menuju ruangannya.
Setelah kepergian ayu dan Luna, bapak langsung melotot kearah Ratna. "Apaan sih pak? Seharusnya bapak senang kan akhirnya kita bisa bersenang-senang." Ucap Ratna.
"Tapi na, kalau begini bapak jadi enggak bisa memaksa ayu untuk menikahi juragan tanah." Ucap bapak kesal.
"Ya ampun pak, udah bapak tenang saja. Nanti kan bapak masih bisa cari lagi orang kaya yang mau menikah ayu. Lagi pula juragan tanah punya banyak istri, jadi mana mungkin ayu bisa mendapatkan banyak harta." Ucap Ratna.
"Bener juga kamu na. Ya sudah yang penting tujuan kita sudah tercapai, lagi pula bapak yakin ayu pasti akan tetap mengirimkan uang untuk bapak dan ibu setiap bulannya." Ucap bapak.
"Nah itu bapak tahu. Maka nya pak, kita harus bisa mengambil kesempatan yang ada didepan mata. Jangan mau menolak kesempatan yang sudah ada. Toh ayu masih tetap anak bapak kan." Jawab Ratna enteng
"Bener juga kamu na. Ya sudah kita habiskan makanan lalu kita pulang dan siap-siap." Jawab bapak tersenyum.
"Siapa dulu dong Ratna. Anak kesayangan bapak." Jawab Ratna sambil menghabiskan makanan miliknya.
Ayu yang masih tidak menerima pertolongan dari Luna bergegas menyusul Luna di ruangan miliknya.
Tok
Tok
Tok
"Masuk" ucap dari dalam. Ayu langsung membuka pintu dan masuk kedalam ruangan milik Luna.
"Kenapa yu?" Tanya Luna
"Kenapa kamu mau memberikan mbak Ratna uang?" Tanya ayu langsung
Luna yang paham dengan arah pembicaraan langsung meletakkan pulpen miliknya dan menatap ayu. "Kamu tahu kan yu, aku enggak mungkin membiarkan salah satu karyawan mengalami kesusahan. Apa lagi kamu sahabat aku, sudah kewajiban aku untuk membantu kamu." Jawab Luna.
"Tapi lun, kamu tahu enggak kalau mbak Ratna itu udah berbohong." Ucap ayu.
"Mau mbak Ratna berbohong atau enggak, itu urusan dia. Yang penting sekarang kamu bisa tenang bekerja dan enggak akan diganggu oleh mereka lagi dan memikirkan masalah ini lagi." Ujar Luna.
"Tapi lun..."
"Udah kamu tenang saja. Aku ikhlas membantu kamu. Jadi sekarang kamu harus fokus untuk bekerja. Untuk masalah uang, itu terserah kamu mau mengembalikan nya atau enggak." Terang Luna.
"Aku pasti akan mengembalikan uang kamu lun. Aku enggak mau merepotkan kamu." Ucap ayu.
"Ya sudah kalau emang kamu mau mengembalikan nya, mendingan sekarang kamu mulai giat bekerja supaya uang itu bisa kamu kembalikan ke aku. Gimana?" Ujar Luna.
"Ok siap boss. Terima kasih banyak ya lun. Untuk surat perjanjian nya kamu saja yang pegang." Ucap ayu sambil menyerahkan surat perjanjian tersebut. Luna mengambil dan meletakkan nya kedalam laci kerja miliknya.
"Sama-sama. Kalau kamu ada masalah enggak usah sungkan-sungkan bicara sama aku. Biar gimana kita ini sahabat." Ucap Luna.
" Baik lun terima kasih banyak kalau begitu aku kembali kerja." Ucap ayu dan langsung memeluk Luna dan berjalan menuju pintu dan mulai kembali bekerja. Luna hanya menggelengkan kepalanya dengan tingkah sahabatnya itu.
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.