Memiliki Mas Ipar duda, tampan dan kaya raya, adalah musibah tersendiri bagi Helena. Pasalnya, meskipun rupawan, Mas Iparnya itu bermulut tajam dan kejam. Seperti sore ini, "kamu kan miskin, mana mampu beli kulkas semahal ini, beliin mama duren aja, pilih yang murahan!" Begitu. Mulutnya keji, mungkin dia belum tahu, gimana rasanya mulutnya diremas oleh perempuan!
Ayara tertawa miring, tatapannya penuh dengan ejekan. "Memangnya kamu laki-laki, sehingga membutuhkan perempuan untuk tidur denganmu?" ucapnya. "Jadi kamu mengejekku?" tantang pria di depannya. "Semua orang juga sudah tahu, kamu bukan laki-laki normal. Kamu pantas menjadi biksu." "Baik kalau kamu memaksaku, pilihlah, kamu yang akan mendekat, atau aku yang ke sana dan merobek bajumu, aku akan buktikan kalau aku laki-laki normal." Sekali lagi, Ayara tergelak. "Gertekanmu terlalu buruk untuk seseorang yang memiliki disfungsi kelelakian!" Usai berkata begitu, Ayara melangkah menuju pintu keluar. Ditariknya handle pintu. Tidak terbuka. Ia mencoba lagi, masih belum bisa. Gadis itu mengernyit. Ada apa dengan pintu ini? Grek, grek, grek! Tangan Ayara berusaha mengulik pintu. Tetapi tidak ada tanda-tanda pintu akan terbuka. Pelan, gadis muda itu kembali memutar tubuhnya. "Di mana kuncinya?" Lelaki yang ditanya tersenyum miring, tipis, penuh kemenangan. Dia akan membalas ejekan gadis di depannya. "Kenapa? Usai mengejek kelelakianku, kamu mau kabur? Takut?" Usai berkata demikian, pria itu berjalan menuju Ayara. "Jangan mendekat, atau aku akan berteriak.” ancam Ayara. "Teriak? Heh, kamu lupa sama statusmu? Kamu sudah terpilih sebagai pelayan kamarku. Artinya tugasmu adalah melayani segalanya padaku, termasuk urusan ranjang! Jadi teriak saja kalau berani. Yang ada ayahku akan memenggal kepalamu karena menolak putranya." Pria itu semakin maju. Ayara mundur dua langkah. Tangannya meraba ikatan rambut di kepalanya. Kalaupun ia tidak akan selamat, setidaknya pisau kecil yang ia selipkan di sana, bisa melukai pria di depannya itu.
"Mas kenapa sih, harus ke rumah Yona mulu? Aku gak suka ya, kalau Mas terus-menerus datang ke rumah mantan istri Mas itu!" "Mau gimana lagi Dik, namanya juga urusan anak." Mas Gibran suamiku, orangnya memang tidak enakan, sehingga setiap kali mantan istrinya menyuruh dia datang ke rumahnya, selalu tidak bisa menolak. Hingga suatu hari, aku menemukan pesan di whatsappnya "Ayah, mama nyuruh ayah ke sini, seperti biasa, sendirian, tidak boleh ngajak siapa-siapa."
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.