Sequel of Dia Yang Kucari *** Bukan karena ia sedang menunggu seseorang.. Bukan karena ia sedang mencintai seseorang. Bukan juga sedang mengagumi seseorang. Hanya saja dia hanya ingin menemukan saat masa temu itu datang maka hatinya merasakan kebahagiaan tetapi sampai saat ini belum pernah ia temukan rasa itu. Hingga suatu hari tanpa sengaja manik hijaunya menatap sosok laki-laki yang datang di studio fotonya. Hatinya merasakan apa yang ia Cari selama ini. Akan tetapi semuanya harus patah sebelum waktunya saat laki-laki itu mengatakan, "Iya... Kalung ini milikku dan aku beragama kristen." DEG, dari balik cadarnya ia tercengang. ---- Mentari NA
Blurb : "Kamu bukan Cintaku, statusmu memang sebagai istri tetapi bukan pemilik hatiku " -Frans Laksmana- . . "Dari sini,aku semakin tak mengerti tentang takdir apa yang sedang bermain sehingga janjimu dengan allah harus mempunyai drama serumit ini" -Zahra- @Mentari_na notes : cerita ini dalam proses revisi,jadi harap dimaklumi
"Coklat itu manis, lagian kamu kan sudah manis ngapain makan coklat lagi sih?" itu adalah perkataan jujur tetapi dianggap gombalan. "Alzam Arrazi, yang sangat tidak suka makanan manis. Kamu tidak perlu gombal-gombal gitu, engga cocok banget." "Habisin cepetan, aku harus balik ke kantor. Lain kali mau kamu ngambek berjam-jam pun aku engga bakalan beliin kamu coklat." perempuan berjilbab sepinggang itu berdecak kesal. "Tau ah! Kak Zam nyebelin." "Masa bodo." "Tapi Ayya Cinta. Gimana dong?" "Bucin." "Kak Zam kapan Cinta sama Ayya sih?" "Nanti." "Nantinya kapan?" "Pas kamu SAH jadi istriku, boleh engga?" "Ihh! Kak Zam lebih bucin." "Hahahha."
Selalu dikatai rendahan oleh ayahmu sendiri? Harus menikah dengan seseorang yang sebelumnya adalah calon suami kakak tirimu? Meredakan tekanan batin karena merasa tidak mempunyai tujuan hidup lagi? Pernikahan yang baru berjalan 48 jam berakhir? Didepan mata kepalamu sendiri kamu melihat suamimu menikahi kakak tirimu sendiri? Jika kamu menjadi Aila? Lalu apa yang harus kamu lakukan dibalik cadarmu? by Mentari NA
Dia Senja, dengan segala sikap ceria dan cerewetnya yang mampu membuat semua orang geleng-geleng kepala tapi tak ada yang tau didalam keceriaan itu ada cerita yang disembunyikan sangat rapat bahkan bibirnya pun enggan mengungkapkannya. Dia Rendra dengan mata tajam dan irit dalam berbicara membuat sebagian orang bingung mengenai makna dari kata itu tetapi tak jarang dari mereka yang tak jika selama ini Hati dan matanya memancarkan kekosongan serta kesepian yang sangat besar. Lalu bagaimana perjalanan pernikahan keduanya? Apakah seperti cerita pada umumnya ataukah ada hal baru?
"Pagi Pak Aydan, akhirnya ketemu lagi." "Pagi juga, dan utamakan mengucapkan salam ketika bertemu. Dan satu lagi, lain lain kali sapalah seseorang sesama kaum kamu saja yaitu perempuan, bisa menyapa laki-laki itupun dalam keadaan benar-benar penting atau dia adalah mahram kamu, permisi dan Assalamualaikum." Itu adalah kalimat terpanjang yang pernah Pak Aydan ucapkan padaku, tetapi juga kalimat paling tajam daripada harus mendengar omelan kak Rasya. Tapi aku tidak menyerah. Pak Aydan adalah calon jodohku, calon jodohnya seorang Princess Callisa. Aamiin. Hahaha. Terimakasih sudah mengaminkan impian paling terbesarku, para pembaca tersayangku dan selamat datang di cerita perjuanganku dalam mendapatkan Pak Aydan. Ya,namanya adalah Aydan Atthallah. Dosen yang kukira hanya ada dalam cerita n****+-n****+ saja. *** selamat membaca, dan Enjoy
ini hanya tentang si penyiar yang sangat mengagumi seseorang yang selalu ia panggil dengan sebutan semesta. Akan tetapi semesta itu sesekali meragu apakah benar rasa itu ada ataukah hanya sekedar penghias syair saja? Bagaimana mereka dalam merasa? Harus menghadirkan berapa banyak makna hingga keduanya bisa saling membersamai? Harus berapa banyak tokoh yang mereka berdua hadirkan demi egoisnya sebuah perasaan? Harus berapa banyak yang patah demi kejelasan hubungan? Saat fakta demi fakta datang lalu bagaimana keduanya menghadapinya? --- “apa rasamu memang ada ataukah hanya penghias syair saja?” ~Abani “jangan pernah meragu soal rasaku karena itu bukanlah kedustaan,harusnya kamu tidak perlu menanyakannya cukup rasakan dan buktikan sendiri” ~Titania
"Sampai kapan Nin?" aku menoleh, menatapnya menantang. "Sampai kamu sadar, kita itu engga ada. Kata kita adalah sesuatu paling mustahil untuk diwujudkan." jawabku tenang, menatap matanya langsung. Senyum paling kubenci hadir, dia mundur dan tertawa pelan. Aku tau, sangat tau dan mengerti diriku sendiri. Karena pada dasarnya sejak bertahun-tahun lalu aku telah jatuh di jurang paling menyedihkan itu. Jurang mengerikan untuk kaum perempuan dan aku membenci fakta itu. Yaitu Cinta.
Qeila. Kata mereka itu adalah namaku, dan kata mereka lagi aku harus berhenti mencari tau atau aku akan menemukan neraka kedua. Aku merasa hampa dan kosong, seolah lahir kembali di dimensi yang sangat berbeda. "Namaku... Siapa namaku? Kenapa aku tidak tau?" pergerakan Dokter itu berhenti "Qeila, namamu adalah Qeila. Hanya itu yang aku tau," jawabnya, kembali melanjutkan kegiatannya. Aku tidak tau, apa yang terjadi sebelum dan sesudahnya. Buntu dan begitu banyak teka-teki, tumpukan pertanyaan serta bisikan akan korban-korban serta tersangka. Sebelumnya ada apa? Dan sesudahnya juga ada apa? Kumohon. Seseorang, datang padaku dan jelaskan secara rinci akan faktanya. ***
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.