Hai!! Aku Vivilian di singkat aja Vivi. Ini cerita pertama aku di Dreame.
Semoga suka ya.. :)
Follow ig aku... dsna ada spoiler2 dri crta aku yg on going di w*****d dan Dreame.
Ig : vivi.lian23
Okay, happy reading guys!
⏳
Gadis 18 tahun dengan tinggi 165 cm berdiri dengan tangan memegang koper berwarna merah mudanya. Ia memakai mantel berwarna abu-abu dengan tas selempang yang warnanya senada dengan koper yang ia bawa.
Sesekali ia berdecak kesal dan melihat ke arah jam tangan yang melingkari tangannya yang ramping.
"Ya ampun! Dia kemana? Sampai sekarang belum juga datang!" ujarnya dengan kesal dan menghentakkan kakinya ke lantai bandara. Ia mengedarkan pandangannya, seketika ia tersenyum.
"Sudah cukup lama aku tidak pulang dan suasana di negara ini masih sama." bisiknya dengan bersedekap d**a.
Dari sebelah kiri gadis itu berdiri, nampak seorang pria yang berlari menghampirinya. Dengan sedikit terengah-engah ia memeluk tubuh yang tidak terlalu kurus itu dengan gemas.
"Maaf aku terlambat datang," ujarnya setelah melepaskan pelukkannya.
"Kau terlambat menjemputku. Aku lelah menunggumu! Di sini tidak ada tempat duduk yang kosong! Kau lihat! di sini sangat ramai dan membuatku sesak!"ujarnya merengek.
"Maaf kan aku Cla, pekerjaanku banyak dan membuatku lupa jika kau akan pulang sekarang,"
Clarissa memutar matanya bosan. "Baik lah aku percaya padamu pak boss! Oh iya mana kekasihmu? Bukankah kau bilang akan membawanya ketika menjemputku?"
Jovin diam tidak menjawab. Clarissa hanya bisa menatap kakaknya itu dengan heran.
"Kenapa? Kau... bertengkar dengannya?"
"Tidak. Ayo kita pulang, kau sudah memberitahu Mommy dan Daddy jika kau sudah sampai?"
Clarissa menarik alisnya sebelah setelah mendengar ucapan Jovin.
Apa dia ada masalah dengan kekasihnya? Sudah lah biarkan saja, masalah orang dewasa sangat-lah rumit
"Ayo kita pulang,"
"Tidak, aku tidak ingin pulang. Aku ingin ke kantormu,"
Jovin mengernyitkan kening, "kantorku? Untuk apa?"
"Aku hanya ingin melihat-lihat, setelah itu baru aku akan pulang, kau mau kan?"
"Oke, baiklah."
Clarissa tersenyum, "kau memang kakak yang terbaik,"
Jovin terkekeh mendengar ucapan adikknya.
***
Mereka pun sampai di Xander Group. Clarissa keluar dari mobil dan melihat gedung besar tempat semua kekayaan keluarga Alexander tercipta.
"Ayo," ujar Jovin. Ia melangkah masuk duluan dan Clarissa mengikutinya dari belakang.
Mata Clarisa melihat sekeliling, ia mengangguk-anggukkan kepala bak seperti pemilik perusahaan yang datang sesekali untuk melihat kegiatan para pegawainya.
"Hey! Kau aka berdiri di sana? Tidak ingin ke ruanganku?"
Clarissa memalingkan kepalanya ke arah Jovin yang saat ini tengah berdiri di depan lift.
"Kak kau bisa ke sini sebentar?"
Jovin mendekati Clarissa.
"Kenapa? Apa ada yang membuatmu tertarik?"
"Mm... lihatlah mereka berdua yang ada di sana. Mereka terlihat serasi,"
Jovin mengalihkan kepalanya ke arah yang di tunjuk oleh Clarissa. Seketika ia memutar mata bosan.
"Itu Rudi. Kau tidak ingat? Si pria yang menyebalkan, yang terus mengganggumu ketika kau masih kecil,"
"Ck! Kalau itu aku tau! Wanita yang sedang bicara dengannya itu siapa? Apa dia kekasihnya?" Clarissa menatap kakaknya dengan was-was.
Jovin mengangguk,"iya, dia kekasihnya Rudi. Namanya Karen,"
Mendengar ucapan Jovin membuat Clarissa merasa sedikit sedih. "Ternyata dia sudah punya kekasih,"
"Ayo ke ruanganku sekarang,"
Jovin menarik tangan kiri Clarissa dan membawanya ke dalam lift.
Selama di dalam lift Clarissa hanya diam, tak biasanya ia seperti ini.
Clarissa paling benci dengan suasana canggung dan sepi tapi sekarang sepertinya berbeda ia tampak lesu dengan punggungnya yang menyandar ke dinding lift.
Jovin yang melihat itu ikut menyandar seperti Clarissa yang di sampingnya.
"Kau kenapa? Kau lelah? Tadi kau baik-baik saja tumben sekarang diam,"
"Kak... sudah berapa lama kak Rudi dan wanita itu berpacaran?" Clarissa menundukkan kepalanya.
"Mmm... entah. Aku juga tidak tau, mungkin setahun atau dua tahun? I don't know. Mereka sering putus nyambung,"
"Putus nyambung?" Clarissa mengangkat kepala mendengar ucapan Jovin.
Jovin menganggukkan kepala, "hubungan mereka sedikit rumit. Rudi sering membuat Karen kecewa dan wanita itu juga sering memaafkannya. Tapi pernah setahun yang lalu dia membuat Karen sangat kecewa dengan ulahnya-"
"Memang apa yang dia perbuat?" potong Clarissa cepat.
Jovin melihat Clarissa dan menarik alisnya sebelah,
"tunggu dulu. Kenapa kau sangat tertarik mendengar cerita Rudi? Kau-"
"Ceritakan saja kak, aku mau mendengarnya!!"
"Baiklah-baiklah akan aku lanjutkan, benar-benar tidak sabaran." Jovin melihat adiknya itu dengan sinis namun tetap melanjutkan ceritanya tentang kehidupan asmara sahabat sekaligus partnernya itu.
"Setahun yang lalu kalau tidak salah ada rumor yang mengatakan jika Karen melihat Rudi berciuman dengan wanita di dalam kamarnya. Tapi aku tidak percaya akan itu semua, menurutku Rudi tidak akan memberikan password rumahnya kepada sembarang orang. Mereka bertengkar hebat dan Karen memutuskannya langsung hari itu juga. Dan sekarang mereka jadian kembali. Rudi sudah mengatakan pada Karen itu hanya salah paham karena Rudi merasa tidak pernah membawa wanita itu ke dalam kamarnya."
Jovin menghentikan ceritanya yang panjang dan menatap Clarissa yang saat ini terlihat tidak bersemangat.
Ada apa dengannya? Kenapa dia terlihat sedih dan lelah? Apa Clarissa- ah tidak Clarissa tidak mungkin menyukai Rudi. Itu mustahil!
Dentingan lift berbunyi tanda mereka telah sampai di lantai tempat ruangan Jovin.
"Apa yang kau pikirkan, Cla? Kau baik-baik saja bukan?"
Clarissa menegakkan tubuhnya, "ya. Aku baik-baik saja, ayo kita ke ruanganmu. Aku tidak sabar bagaimana desain ruangan seorang atasan sepertimu yang banyak mau nya,"
Clarissa melenggang keluar meninggalkan Jovin dengan kebingungannya.
"Kenapa dengannya? Bukankah dia tadi seperti menahan kesedihan? Dan sekarang dia bahagia kembali. Clarissa memang aneh dan aku tidak akan pernah mengerti akan sifatnya yang sering berubah-ubah itu."
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.