R Pursa
ABOUT ME
ABOUT ME
STORY BY R Pursa
CEO Udik
Reads
Apa yang kalian bayangkan ketika mendengar kata CEO? Pria gagah nan tampan seperti di film-film? Berpenampilan menarik serta enak dipandang? Bagaimana jika sebaliknya? Apa ia masih pantas menjabat sebagai CEO? Prasetyo seorang CEO yang jauh dari ekspektasi kebanyakan orang. Ia berpenampilan kolot juga kampungan. Banyak wanita yang melamar pekerjaan sebagai sekretaris tapi begitu melihat bosnya mereka mundur teratur. Kecuali dua wanita yang cukup menarik perhatian Pras. Apa yang membuat mereka menerima bos udiknya itu? Adakah hal yang mengesankan di balik penampilannya? Dan siapakah mereka? Yuk, kita simak ceritanya!
Updated at
Air Mata Alisha
Reads
"Aku tahu, semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan. Namun, mengapa aku selalu menjadi korban? Hingga aku mengira, Tuhan sedang memberikanku sebuah hukuman." (Alisha Laras Sari) "Tak ada yang diharapkan oleh jiwa pendosa yang bertaubat kecuali ridho Tuhannya. Aku akan selalu melakukan hal baik, membantu orang yang membutuhkan. Karena mencari ridho-Nya merupakan jalan hidupku." (Fajar Rasyidin)
Updated at
My Teacher Is My Hero
Reads
TAMAT "Da-Danish, kau sedang apa?" Shofia merasa risih dengan kelakuan temannya yang kian mendekat. "Ayolah, Shofia. Aku tau kau terbiasa melakukannya." Danish semakin mendekatkan wajah hendak mencium wanita di depannya. "Lepas, Danish!" Shofia mendorong tubuh kekar Danish. Ia pun mengambil kesempatan untuk melarikan diri. Namun tangan pria itu berhasil menahannya, lalu mendorong tubuh Shofia hingga jatuh tersungkur. Danish kembali melakukan penyerangan. Namun aksinya gagal. Seseorang datang menarik kerah bajunya, lalu mendaratkan satu pukulan tepat di pipinya. "Pak Rico," gumam Shofia, matanya memicing heran melihat gurunya yang tiba-tiba datang.
Updated at
Jalan Cinta Terindah
Reads
"Queen, kamu pernah dengar tidak, kata-kata yang bunyinya seperti ini: Tak ada persahabatan antara pria dan wanita, yang ada salah satunya pasti memendam rasa?" Iqbal membuka suara setelah dia lama terdiam. Ia menoleh ke arahku. "Ya, aku sering mendengarnya," jawabku. Mataku masih menatap lurus ke langit memandang bintang-bintang yang bertaburan. "Kamu percaya?" tanyanya kemudian. "Tidak!" jawabku tegas. Kini aku mengambil posisi duduk. "Aku tidak percaya karena faktanya tak ada yang memendam rasa di antara kita!" Iqbal pun mengambil posisi duduk. Kemudian ia menghadap ke arahku. "Aku kira kamu suka sama aku?!" ucapnya sukses membuatku tertawa terpingkal-pingkal. "Kamu ada aja cara bikin aku ketawa. Thanks ya, Bal. Aku sekarang cukup lega." Iqbal hanya menatapku. Matanya meredup seolah kecewa dengan jawabanku.
Updated at